2. Lo gue end

7.1K 534 5
                                    

3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

3. Lo gue end

Staff kelas sudah terbentuk dengan sangat banyak pertimbangan karena penuh protes sana sini. Apalagi si Ray ribetnya minta ampun.

"Udah jing, sini ah gue baca sekali lagi!" cetus Bintang galak mengambil secarik kertas dimeja Gilang.

"Ketua kelas Gilang, wakilnya Alin, Sekretaris Anas. Terus bendahara Adel-udah lo diem Ray awas aja kalo motong lagi omongan aing!" seru Bintang.
gue

Ray mendengus, "Si Angka kok naksir sama cewe modelan gini sih!" cibirnya pelan.

Bintang kembali melanjutkan bacaannya. Karena Ray juga sudah diam.

"Nah gini dong dari tadi!" cetus Bintang senang menyerahkan kembali kertasnya pada Gilang.

...

"Alin, kenapa kamu tidur disini?" Alin terbangun saat merasakan tepukan halus dipipinya.

"Ketiduran Pah." kata Alin sambil mengucek matanya dan menguap. Dia mengernyit saat Firman membawa tote bag belanja.

"Papa dari mana?" tanyanya. Raut Firman berubah membuat Alin dag dig dug merasakan hal mengganjal.










"Papa habis fitting baju sama Vina." ujar Firman membuat Alin terkejut bagai disambar petir.

"Papa kan dulu sudah bilang, Alin. Papa mau menikah... Kamu pun bilang setuju saat itu."

Alin memejamkan matanya tiba tiba memanas. Apa apaan ini?

"Tapi Pah, Alin butuh waktu buat nerima tante Vina. Alin-"

"Alin, waktu yang Papa berikan sudah cukup lama agar kamu bisa menerima Tante Vina. Sekarang tidak ada alasan lagi, Alin."

Alin mengusap kasar air matanya yang tiba tiba turun. "Emang kapan nikahnya?"

"Minggu depan." kali ini Alin memejamkan matanya membiarkan air matanya turun.

Dia merilik jam dinding sejenak, ah sudah pukul 9 malam.

Tapi Alin ingin keluar..

Alin menghela nafas kecil. "Papa jahat banget sama Alin,"

Alin berlari keluar saat Firman terus manggilnya, tapi tak dipedulikannya.

Alin berjalan terus tanpa arah sambil terisak dan beberapa kali menghapus air matanya.

Dia duduk ditrotoar komplek lalu meraup nafas banyak banyak agar segukan tangisnya hilang.

Alin memegang perutnya saat terasa lapar. Dari pulang sekolah dia belum makan.

Alin merogoh saku hoodienya. Dia membelalakkan matanya saat sadar ponselnya tak dibawa.

AILEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang