18. Rafael

3K 279 8
                                    

18

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

18. Rafael

"Gimana kalo kita coba jalanin seminggu dulu? Kalo nyaman gas kalo gue buat kesalahan, oke gue berhenti. Deal?"

Melihat Alin yang diam saja membuat Mars membasahi bibir. Harus siap siap muka jika ditolak lagi.

Ngajak balikan gini juga harus punya nyali meski Mars terlihat blak blakan dan santai saat mengucapkannya, orang orang tidak akan tau bahwa jantungnya berdegup kencang dan gugup.

Image galak dan kasarnya mampu menutupi itu semua.

Mars menghela nafas pelan, "Gimana Lin? Mau gak? Seminggu aja dulu, gitu.."

Alin merunduk sebentar lalu tersenyum kecil, "Lo mau main main ya Mars?"

Mars tersentak lagi lagi Alin salah mengartikan, "Enggak cuy, lo gak percaya sama gue?"

"Oke Mars."

"Eh? Ha?" Mars terkejut dengan jawaban Alin. Bentar bentar, maksudnya oke ini apa ya. "Oke balikan sama gue kan?" tanyanya memastikan.

Alin mengangguk, "Iya. Gue mau coba hilangin ragu gue. Boleh kan?"

Mars tersenyum senang, "Oiya jelas harus itu mah." dia menarik tangan Alin lalu memeluknya erat.

"Jadi, mulai hari ini kita balikan ya?"

"Besok aja deh, jadi sisa waktunya masih satu minggu. Sekarang bonus aja hehe," kata Mars masih dalam posisi memeluk Alin. Karena posisinya yang duduk membuatnya hampir sejajar dengan Alin.

"Serakah banget lo."

Mars tak menjawab. Hatinya terlanjur senang meski ada rasa tak percaya Alin bisa menerimanya kembali. Padahal bisa dibilang Mars ini cowo kasar yang labil. Pikirannya bisa berubah kapan saja. Meski begitu hatinya keras begitupun sifatnya yang keras kepala dan terkadang tak peduli.

Tak sekali dua kali dia bersikap manis lalu kasar pada Alin, meski masih sebatas omongan. Tapi yang membuat Mars menyukainya itu Alin selalu membalas dengan tak nyambung kemana arah omongannya yang jelas jelas memakinya.

Menurut Mars itu terlihat gemas.

Karena rata rata yang sudah dibacoti oleh Mars kalo ga nangis ya jadinya bar bar kaya Amel misalnya.

Ah sepertinya bukan hanya itu.

Mungkin karena Alin punya aura yang berbeda. Membuat siapa pun yang sudah terpikat dengan auranya itu menjadikan orang tersebut ingin melindungi dan berada disampingnya.

Maka dari itu, Mars tak ingin melepaskan Alin. Lagi. Karena dia yakin dengan pasti ada diantara teman komunitas maupun sekolah, ada yang sedang mengejar Alin sampai saat ini. Hak terbesar yang ia takutkan.

"Mars gue mau pulang," ujar Alin memegang tangan Mars yang masih melingkar dilehernya.

Mars melepaskan pelukannya, dia melirik jam dinding. Pukul 11.05. "Pulang jam segini emang gak dimarahin Lin? Nginep aja gimana?"

AILEENWhere stories live. Discover now