-aku kehabisan foto, puter lagunya aja ya sabi tuh😌-
30. Senja
"Sampai kapan mau ngindar?"
Alin menghela nafas panjang mendengar pertanyaan yang telah Raka lontarkan bebarapa kali padanya.
"Sampai gue ngerasa puas.""Kalian sama aja. Sama sama ambekan, kalo kaya gitu gimana baikannya?"
Alin berdecak, "Coba kalo lo yang diposisi gue. Sakit sekali epribadihhh!"
Raka membelokkan stir mobilnya, menuju rumahnya. "Lo kan tau dia kaya gitu buat lo juga kan?"
Alin mengangguk membenarkan tapi dia mengibaskan tangannya setelah itu, "Tapi kan ga gitu juga caranya. Kenapa.. mereka harus ciuman?"
Raka menjitak kepala Alin yang masih belum melupakan hal itu, padahal dirinya sudah mengingatkan untuk melupakan kejadian tersebut agar tak menggores hatinya.
"Kehalang jempol Mars kan? Berarti dia gak cium Adel, Alin."
Alin terdiam merunduk sebentar, "Lo sih gak liat hari itu. Mana mungkin gue kepikiran kalo tangan Mars ngalahin bibir mereka. Syok duluan."
".. Tapi lo masih suka dia kan?"
Alin menoleh tak langsung menjawab. Dia mengalihkan pandangannya pada jendela. "Gatau."
"Kemarin bilangnya suka,"
"Sekarang gak tau Rak. Gue cape. Gue juga benci sama dia, tapi kenapa ya.. bisa bisanya gue ngerasa kasian."
Raka melirik Alin yang masih menatap jalanan pada jendela samping mobil.
🎈
"Yahh sepi banget rumah lo. Gak ada bedanya dong sama gue." Alin duduk santai di sofa.
"Gue ganti baju dulu."
"Yayaya."
Raka naik ke lantai atas ke kamarnya untuk mengganti baju seragamnya. Lama mereka bermain entah itu membicarakan kejadian kejadian lucu, main game dan nonton sampai ada ponsel Alin berbunyi membuat keduanya yang sedang menonton film teralihkan.
Alin malah membalikkan ponselnya tanpa mengangkat.
"Angkat lah."
"Gausah."
"Siapa? Mars?"
"Iya."
YOU ARE READING
AILEEN
Teen FictionSquel : Mars | Ketua Geng Ini konsepnya gimana sih? Bisa bisanya gue sekelas sama mantan. Acara move on nya bisa gagal maning kan. Nangis 7 hari 7 malamnya jadi sia sia. "Lin," panggil Mars menusuk nusuk tangan Alin dengan jarinya. Alin yang sedan...