19. Hari pertama

3K 266 16
                                    

18

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

18. Hari Pertama

Rafael menatap Mars dalam diam, Mars pun demikian. Dia membalas tatapan Rafael tak kalah datar. Aura keduanya diselimuti saling tak suka.

Alin melipat bibirnya, merasakan suhu ruangan berubah. Padahal masih kehitung pagi pagi.

Dia menghela nafas, lalu menggeplak belakang kepala Rafael, "Ayo,"

Rafael meringis sedikit, "Sakit Sha."

"Kalian mau tatap tatapan sampai kapan sih?" tanya Alin. "Sampai dari mata turun ke hati?" lanjutnya sebal.

"Ya, lo mau ngapain bawa dia kesini?" Mars balik bertanya sambil melirik Rafael.

"Gue minta maaf. Marsha bilang luka lo dapet jaitan yang lumayan." Rafael membuka suara meski sebenarnya ada perasaan tak sudi dihatinya.

Tapi, Mars malah mengernyitkan dahinya. "Marsha siapa? Gue gak kenal."

Rafael membelalakkan matanya sedangkan Alin menutup matanya dengan tangannya, malu. Dia membalikkan tubuhnya membelakangi.

"Lo gak tau?"

"Emang siapa?" tanya Mars polos.

"Dia cewe lo. Marshanda Aileen. Serius lo gak tau namanya?"

Mars tersentak, dia melirik Alin yang masuh membelakanginya. Terlihat tangannya masih menutupi matanya. "Gue gak panggil dia Marsha. Gue panggil Alin. Jadi ya gak tau."

Rafael mengangguk ngangguk kecil, "Oh gak se spesial yang gue kira ternyata."

Mars berdecih, "Gak spesial apanya? Kita ini pacaran. Gue panggil dia apapun gak ada urusannya sama lo." sewotnya. Padahal jauh dilubuk hatinya merasa iri pada Rafael yang bisa memanggil Alin dengan nama Marsha. Terdengar lucu dan nyambung dengan namanya sendiri.

"Oke." singkat Rafael tak memperpanjang.

Alin berdehem lalu berbalik menghadap mereka kembali. "Udah kan minta maaf nya? Pulang ya?"

Rafael mendongkak, lalu berdiri. Dia melirik Mars, kali ini bukan tatapan datar lagi. Lebih ke ancaman, "Lo gak usah cari masalah sama Artavika lagi. Kejadian disekolah kemarin juga sebenarnya full salah Danantya."

Mars tak mau kalah, dia menatap Rafael dengan tatapan dingin dan menantang, "Ya harusnya kalo ngajak duel jangan disekolah. Lo bego ya?"

Alin membelalakkan matanya, kok malah jadi mau perang sih. Dia segera membalikkan badan Rafael. "Cepet Raf pulang," katanya sedikit mendorong punggung cowo itu.

Rafael menahan tangan Alin, lalu berbalik lagi menatap Mars. "Satu lagi-" mulut Rafael langsung dibekap oleh tangan Alin meski sambil berjinjit kesusahaan karena tingginya.

"Gak ada satu lagi, cepet pulang Raf!"

Tapi dengan mudah Rafael menyingkirkan tangan Alin, dan menggesernya kesamping. Meskipun caranya terbilang lembut, tetapi Alin tetap sebal.

AILEENWhere stories live. Discover now