26

394 15 0
                                    

Keringat Maya mengucur dari dahi hingga ke lehernya. Jantungnya berdegup ketakutan. Maya berjalan mundur saat kasir yang dulu menggoda Maya terus melangkahkan kakinya mendekati Maya.

Pria itu tidak berhenti menjilat bibirnya dengan sensual. Tangan kanannya menyugar rambutnya yang basah terkena air hujan. Matanya menyorot nakal memandangi dada Maya yang tercetak karena bajunya yang basah. Namun, Maya tidak menyadarinya.

"Gue Doni, masih inget gue kan?" tanya pria itu menyeringai.

Maya menelan ludahnya. Doni terus mendekat dengan senyum sinis yang terus terulas.

Maya bukannya tidak berani melawan. Hanya saja, tenaganya sudah habis sejak tadi. Saat Maya mengetahui bahwa laki-laki yang membawanya pergi adalah kasir Alfaapril dekat kontrakannya, Maya berusaha berontak dan berteriak.

Namun, usaha Maya sia-sia. Rumah kosong diperumahan elite, tentu saja minim orang-orang yang berkeliaran dirumah. Maya di bawa oleh Doni ke perumahan mewah dan sepi. Bukan karena tidak ada penghuninya. Hanya saja, pemilik rumah rata-rata pengusaha sukses. Jadi, waktunya lebih banyak dihabiskan ditempat bekerja.

Doni mengusap ujung bibirnya menggunakan ibu jarinya. Api dendam dan birahi terpancar nyata di kedua matanya.

Tangan kanan Maya memanjang guna mencegah langkah Doni.

"Stop!! Lo mau apa, hah?!" teriak Maya.

Doni menjengit kaget dengan dibuat-buat.

"Oh, slow honey. Gak usah buru-buru. Udah gak sabar ya, hm?" goda Doni dengan terus melangkah.

Maya berjalan mundur lagi dengan hati-hati. Takut tiba-tiba Doni menyergapnya dengan beringas. Maya sangat mengetahui apa yang diinginkan Doni.

Maya menunduk mengamati dirinya. Karena, kedua mata Doni tidak beralih dari bagian dada Maya.

Maya menyilangkan kedua tangannya didadanya. Ternyata, Doni tidak menyia-nyiakan pemandangan indah sisa air hujan.

Maya gemetar ketakutan. Kini kakinya sudah mentok menyentuh closet. Doni sangat pintar. Maya dibopong Doni ke lantai dua menuju kamar yang didalamnya terdapat kamar mandi.

"Mau dikamar mandi?" Doni mengangkat sebelah alisnya.

Brak!

Doni menutup pintu kamar mandi menggunakan kakinya.

"Gila lu Don!" bentak Maya disela ketakutannya.

Doni tertawa. Tangan Doni bertumpu di tembok mengunci Maya yang sudah terduduk di closet.

"Iya, tau aja. Gue gila karna elo" lirih Doni tepat di wajah Maya.

Maya tidak bisa menghindar lagi. Ruangan sempit beraroma sabun mandi tidak membuatnya merasa nyaman. Ditambah parfum Doni yang sangat memanjakan indra penciuman jika dalam kondisi normal, tidak membuat Maya tergoda sedikitpun. Malah sebaliknya, sangat mencekam.

Hembusan nafas Doni menyapu wajah Maya. Dalam jarak sedekat itu, Doni sangat leluasa menikmati wajah manis Maya yang basah.

"Kenapa elo bisa semanis ini?" tanya Doni setelah sekian menit memandangi Maya.

Jari telunjuknya menyentuh kening Maya berlanjut menyusuri hingga ke ujung hidung.

"Brengsek!" Maya menepis lengan Doni sekuat yang ia bisa.

Doni membulatkan bibirnya. Kemudian berdiri tegak dengan santai.

"Elo lebih brengsek bitch!" maki Doni dengan seulas smirk.

BERONDONGWhere stories live. Discover now