37

255 23 1
                                    

Dua insan yang masih segar matanya sama-sama terdiam dalam pikirannya masing-masing. Waktu sudah berganti hari. Diantara mereka sepertinya tidak ada yang mau memutuskan untuk tidur.

Hati Maya bergemuruh.

"Lang"

"May"

Ucap Elang dan Maya bersamaan. Mereka saling menatap kemudian Maya memalingkan wajahnya. Tidak kuat melihat wajah Elang. Maya terbakar cemburu.

"Ehem.. Lo duluan" ucap Elang mengalah. Entah kenapa menurut Elang suasana semakin canggung.

"Ngga, lo aja" ketus Maya tanpa memandang Elang.

"Ko jutek gitu?"

Maya melirik Elang sekilas.

"Ngga ah, B aja" jawab Maya singkat dan datar.

"Gausah ngajak ribut di pagi buta gini. Kasian, Rere juga lagi tidur" Elang memelankan suaranya sambil menempelkan jari telunjuknya dibibir Elang.

Maya mencelos mendengar penuturan Elang. Belum juga Maya bertanya tentang Rere pada Elang, dari kalimat Elang menyebutkan nama Rere saja, Maya sudah bisa menebak bahwa Rere ada hubungan spesial dengan Elang.

"Gue gak ngajak ribut, gak napsu" ketus Maya berusaha menutupi kobaran api dihatinya.

Hati Maya tersayat ketika melihat Elang memeluk Rere dengan erat. Apalagi dengan leluasanya Elang mencium Rere dengan penuh kasih sayang, membuat Maya seketika ingin lari keluar dari rumah dan menangis sekencang-kencangnya diluar.

Elang mengusap tengkuknya yang terasa dingin karena suhu udara yang semakin rendah menjelang pagi.

"Yaudah kalo gitu. Banyak yang mau gue omongin ke lo" Elang menarik nafas kemudian menghembuskannya.

Maya hanya berdehem "Hemm"

"Kalo orang lagi ngomong, liat orang nya May" omel Elang dengan suara tertahan. Takut suaranya membangunkan Rere.

Elang ingin segera megclearkan masalahnya satu persatu. Urusannya dengan Maya harus teratasi sekarang agar hubungan diantara mereka tidak ada lagi rasa canggung. Elang lebih nyaman dengan mulut Maya yang penuh dengan makian untuk dirinya. Daripada Maya yang sekarang, sok ngartis.

Urusannya dengan Rere, Elang ingin menyelesaikannya besok pagi. Menunggu Rere sadar sepenuhnya. Belum lagi urusannya dengan trio cabe-cabean yang harus dikelarkan juga.

Hidup Elang sibuk sekali.

"Maya" panggil Elang lembut. Elang memandang Maya yang berada di sofa seberang. Terlihat samar bibir Maya yang melengkung ke bawah. Pandangan Maya pun tidak terusik. Tetap anteng menatap dinding yang mulai retak-retak.

Maya menguap.

"Huaahhhhh... hemm" Maya lagi-lagi hanya berdehem.

"Udah ngantuk ya? Besok aja deh nanya-nya" tanya Elang lembut.

Mood Elang sedang baik. You know lahh, who is the reason behind Elang's mood.

"Gak usah bertele-tele. Besok gue sibuk" jawab Maya datar.

Elang menghembuskan nafasnya pasrah. Elang menyesal tidak langsung meminta maaf atas kejadian kissing failed yang sudah terlewati.

"Liat gue dulu. Gue gak suka ya, kalo gue lagi ngomong gak diperhatiin" ucap Elang gemas.

Maya berdecih "Cihh, caper"

Elang semakin gemas. Kakinya bergerak menghampiri Maya yang tetep kokoh menghadapkan wajahnya ke tembok. Tanpa izin terlebih dahulu, Elang duduk di sofa yang di tempati Maya. Agar pandangan Maya tidak lagi terfokus pada tembok, melainkan pada Elang.

BERONDONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang