11

656 27 0
                                    

Malam menunjukkan pukul 01.45 dini hari. Elang dan Roney masih berkutat dengan laptopnya masing-masing. Sedangkan, paginya mereka harus berangkat ke sekolah. Sepertinya mereka tidak akan tidur sampai pagi.

Elang melepas kacamata minusnya. Matanya terasa sangat lelah setelah berjam-jam menatap laptop.

Elang merenggangkan badannya yang terasa kaku. Mata, badan, otak semuanya berkata...

Cape gue say, di geder mulu

"Ron, malem minggu elo tidur dimana?" tanya Elang sambil meminum kopi hitamnya yang sudah dingin.

"Dirumah" jawab Roney dengan pandangan tetap fokus ke laptop.

Dirumah calon bini

"Pantes, ngga ada yang ngusir tikus"

Roney diam tapi mendengar. Kasihan sekali, Elang berniat melawak tapi tidak dihiraukan Roney.

"Wuahahaha, sumpah, elo becandanya lucu banget, hahaa" tawa Roney yang dibuat-buat. Tangannya berlagak memegangi perutnya.

"Cihh,.." Elang berdecih dengan sikap Roney. Matanya menggerling sebal.

"Lah, baperan amat" ucap Roney diakhir tawanya.

"Makasih buat nomer hapenya" ucap Elang dengan lirikan sinis lewat ekor matanya.

"Nomer hape?" Roney mengangkat sebelah alisnya.

"Nomer hape Maya"

"Ealah, gue yang sering numpang tidur dirumah elo aja gak pernah ngomong makasih" ucap Roney santai.

Roney mematikan laptop nya.

"Gatau diri memang" ucap Elang tidak berekspresi.

Roney hanya terkekeh.

Sebenarnya Roney tidak mau memberikan nomer Maya pada Elang. Tapi, Elang memaksa. Lagian, hanya sebuah nomer. Roney tidak mau benar-benar di cap tak tahu diri oleh Elang.

Yang jadi pertanyaan dalam benak Roney, kenapa Elang bisa kenal Maya.
Apa Elang salah satu pelanggan Maya?

"Sepertinya gue sedikit tertarik sama Maya"

Kabel charger laptop yang hendak Roney colokkan, terlepas dari tangannya. Roney menunggu kalimat yang akan diucapkan Elang. Pasalnya, Elang sedang menopang dagunya sambil tersenyum-senyum sendiri.

"Dia matre. Tapi,.." ucap Elang menggantung.

Roney seketika itu pula merasakan dirinya seperti berada di gurun pasir. Padahal, AC sudah cukup mendinginkan mereka berdua.

"Manis" lanjut Elang dengan senyuman.

Brak!

Tidak sadar Roney mengeluarkan taringnya. Gebrakan meja ulah Roney membuat Elang terlonjak kaget. Untung saja gelas yang berada dipinggir meja, tidak terjatuh akibat gebrakan tangan kuli Roney.

"Anj.. kaget!" ucap Roney setelah menggebrak meja, berusaha mencegah mulutnya agar tidak mengeluarkan makian emosi.

"Ngapa lu Ron?" tanya Elang sambil menetralkan jantungnya yang hampir saja loncat dari tempatnya.

"Gue baru inget, gue lupa gak ngasih tau elo" ucap Roney seadanya.

Hatinya sedang berada di mode on fire.

"Ngasih tau apa?" tanya Elang heran. Roney terlihat seperti orang kebingungan.

"Kalo lo suka sama Maya, Rere mau dikemanain?" tanya Roney diluar otak bodohnya.

Gak jelas.

"Ohh,. haha. Gak nyambung" Elang tertawa melihat kebodohan Roney.

"Gue cuma tertarik Ron, bukan suka. Gue tetep pilih Rere dong. Gue cinta banget sama dia. Gak ada yang lain" ucap Elang mantap.

"Gue tertarik buat jadiin dia sekretaris gue" ucap Elang diakhiri seringaian.

Roney hanya menyimak. Roney sedikit lega saat Elang mengakui tidak menyukai Maya. Tapi, Roney kini sedikit was-was dengan rencana diotak Elang.

"Tadinya gue mau jadiin pembantu..." Elang menggantungkan ucapannya tampak berfikir-fikir.

"Apa dijadiin pembantu aja ya?" Elang menggigit ujung frame kacamatanya.

"Dihh, plin plan"

"Beri gue pendapat Ron"

"Menurut gue sihh,.." Roney mendelikkan matanya keatas.

"Mending gue jadiin bini gue aja" ucap Roney terdengar santai. Tapi, serius dihati Roney.

Elang tertawa.

"Bangke lu Ron. Saran lo bagus banget sampe nembus mimpi"

Roney memperhatikan Elang yang kini sedang tertawa.

Susah ya jadi orang humoris. Serius aja dikira becanda.

"Elo kok bisa kenal Maya?"

Elang berhenti dari tawanya.

"Dia ngilangin ATM gue"

"Dia juga pernah berduaan sama cowok dirumah gue dikamar elo" jelas Elang tidak bermaksud menyindir. Hanya sedikit teka-teki agar Roney mau berfikir.

Roney terdiam sejenak mencoba mencerna ucapan Elang.

Itu mah gue anj...

"Jadi, waktu itu elo gak jadi ngelembur dan ngintip gue sama Maya?" tanya Roney antusias.

Elang mengangguk.

"Sumpah Lang! gue masih perjaka, gue gak ngapa-ngapain" jelas Roney dengan mengangkat kedua tangannya seperti seorang tahanan.

"Ahaha, lebay amat lo.. turunin tu tangan. Bau ketek!"

Roney sontak mencium-cium ketiaknya dari luar baju.

"Gak bau kok" gumam Roney.

"Gue duluan. Gue tungguin diparkiran" Elang pun berdiri dan berjalan meninggalkan Roney

"Tunggu gue..." teriak Roney.

Roney bergegas memasukkan laptopnya kedalam ranselnya.

Jlep!

Lampu tiba-tiba mati. Elang lah pelakunya. Elang sengaja mematikan saklar lampu ruangan kerjanya.

"Bangke bat lu Lang!" teriak Roney sambil membenarkan resleting ranselnya.

Roney berlari mengejar Elang dibantu dengan cahaya ponsel.

"Jangan lupa tutup pintu" teriak Elang tanpa balik badan saat suara khas orang berlari terdengar semakin dekat.

Roney menghentikan larinya saat punggung Elang sudah berada didepan matanya.

"Sialan!" maki Roney disela nafasnya yang tersengal-sengal.

Akhirnya Roney kembali lagi untuk menutup pintu.

Gue gak mau jadi pengangguran. Semangat! cowok masa takut gelap!

BERONDONGWhere stories live. Discover now