64

171 16 5
                                    

Bugh!

"Anjing!"

Sebuah pukulan keras berhasil menjatuhkan Doni hingga tersungkur. Maya mengusap bibirnya kasar dan berlari menghampiri orang yang sudah memukul Doni lalu memeluknya.

Usapan lembut dipunggung Maya mampu membuat wanita itu bernafas dengan tenang.

"Are you okay?" Tanya Elang.

Maya menggeleng didada Elang. Maya tidak bohong. Hatinya hancur. Bibirnya diperkosa oleh orang yang tidak dicintainya. Maya menggigiti bibirnya karena merasa jijik.

Maya terisak dalam pelukan Elang.

"Ganggu mulu lo bangsat!" bentak Doni sambil mengusap pelipisnya karena terkena tonjokan Elang.

Doni menatap Elang nyalang. Emosi Doni sudah meluap tidak bisa dibendung lagi.

"Elo yang ganggu anjing! Ngapain Lo masih berkeliaran disini?!" teriak Elang.

Muka Elang memerah merasakan emosinya yang meledak-ledak. Wanita dalam pelukannya sudah ternodai. Elang menyalahkan dirinya yang mengabaikan pesan wanita itu.

Doni tertawa,"Haha, gue belom puas kalo belom dapet"

"Psycho" desis Elang.

"Ah.. Lo seharusnya mati dulu" Doni berucap dengan enteng.

Maya semakin mengeratkan pelukannya. Sangat takut dengan perkataan Doni. Lelaki brengsek itu tidak pernah main-main dengan ucapannya.

"Tenang aja. Ada gue" Elang mengecup puncak kepala Maya. Berharap kecupan itu bisa sedikit menenangkan.

"Ayo, pergi Lang!" ajak Maya disela tangisannya.

"Cuih!"

Elang meludah merendahkan Doni.

"Siapa takut bangsat!" tantang Elang dengan penuh keberanian.

"Udah..." lerai Maya mengingatkan Elang.

"Gue udah dapet bibirnya. Manis banget, bung!" ledek Doni diakhiri tawa.

Hati Maya tersayat mendengarnya. Dari ujung rambut sampai ujung kaki sudah Maya pertahankan kehormatannya. Ternyata kini satu persatu direnggut paksa oleh orang asing.

Elang semakin murka,"Awas dulu Maya" bisik Elang agar wanita itu melepas pelukannya.

Elang tidak akan membiarkan Doni melecehkan Maya dengan mulut maupun tindakannya.

"Bajingan! Mati lo bangsat!!" Elang berlari untuk menghajar Doni.

Perkelahian pun terjadi. Maya hanya bisa berdoa dan menutup matanya karena tidak sanggup melihat Elang yang babak belur mempertahankan dirinya.

"Main lo kasar, sialan!" teriak Elang ketika melihat Doni mengeluarkan sebilah pisau.

"Biar lo cepet mati. Hahah" Doni tertawa hambar lagi.

Elang menyusut darah yang berada dibibirnya. Entah berapa pukulan yang Elang terima ditubuhnya. Luka memar dan lecet sudah menghiasi tubuhnya.
Namun, semua itu tidak Elang rasa. Yang ia pikirkan hanyalah Maya.

Wanita itu dilecehkan gara-gara dirinya.

Kacamata Elang yang semula bertengger pun tergeletak remuk seperti hati Maya.

"Atau kalian mau mati berdua?" Doni menodongkan pisaunya sambil berjalan mendekati Elang.

Elang tidak takut sama sekali. Baginya itu tak seberapa dibandingkan rasa bersalahnya terhadap Maya.

BERONDONGWhere stories live. Discover now