50

334 17 5
                                    

"Re, bajunya pake"

Rere pura-pura tuli. Ia dengan santai memakan ayam goreng berbalut tepung tanpa tergubris dengan ucapan Elang yang sejak tadi menyuruhnya tanpa henti.

"Enak banget yang. Kamu mau aku suapin. Sini aaaaaa..." Rere sudah menyiapkan nasi dan ayam siap menyuapkannya pada Elang.

Lagi-lagi Elang teringat dengan keromantisan mahluk berinisial Roney dan Nadya yang pernah melakukan adegan suap menyuap.
Namun Elang tidak tergoda sama sekali untuk mengikuti jejak romantisnya master Roney. Walaupun wanitanya sepertinya akan lebih romantis.

"Melorot nanti handuk kamu" ucap Elang sambil memakan nasi bagiannya.

"Gapapa dong yang. Cuma ada kamu doang inih" Rere menjilati crispy  yang menempel dijari-jarinya.

"By the way, aku masih ngambek loh ya" Rere memicing kesal pada Elang.

Walaupun Elang disambut baik namun Elang bisa merasakan rasa jengkel yang mendekam dihati Rere.

"Ngambek kenapa lagi sih?" tanya Elang pura-pura tidak tahu.

"Tau ah"

"Yaudah. Aku pamit ya"

Rere melempar tulang ayamnya "Dasar gak peka!"

"Maya beneran gak pulang Re?" tanya Elang.

Sengaja ingin mendapat amukan singa memanglah si panjul ini.

"Mulai mulai!" kode Rere tanda tidak suka.

"Pake baju makanya" titah Elang tidak mau menyerah.

"Apa hubungannya nanya-nanya Maya sama nyuruh aku pake baju?" Rere menggerling sebal.

Tidak mau disalahkan si panjul ini.

"Gak ada"

"Yaudah diem"

"Tapi aku gerah liat kamu kaya gitu Rere! Gak nyaman aku liatnya" jujur Elang.

Elang sangat normal. Kehormatan Elang masih bisa berdiri karena melihat wanita. Yang tanpa busana tentunya. Tapi, melihat Rere yang berani duduk berdua hanya memakai handuk pun, Elang sudah bergerak-gerak gelisah.

"Kamu gak liat rambut aku masih basah?"

Rere melanjutkan makannya dan ucapannya.

"Tuh, dikamar ada kipas"

"Aku pindah ke kamar aja" cetus Elang.

Ide yang bagus untuk keluar dari situasi yang tiba-tiba terasa seperti di panggang di atas api unggun.

Konyol.

"Ish! Tau aku lagi ngambek, bukannya dibujuk inimah malah di bikin makin kesel" Rere menghentakkan kakinya beranjak dari sofa bututnya. Kemudian masuk ke kamar untuk memakai baju.

Elang akhirnya bisa bernafas lega. Sebuah bencana sekaligus cobaan. Cobaan yang menggiurkan nalurinya untuk bergerak mencoba.

Apakah bisa seorang lelaki menahan air liurnya ketika melihat wanita  memakai handuk yang hanya menutupi bagian dada sampai atas lutut saja? Coba saja. Elang berani bertaruh dengan lelaki manapun. Pasti tidak akan bisa.

Lehernya yang jenjang. Bahunya yang terekspos indah. Dan paha yang mulus, putih, bersih hingga ke ujung kaki. Bahkan kaki Rere semakin menggoda karena dihiasi gelang kaki berwarna silver.

Siapapun yang melihatnya pasti akan merasakan sesak.

Tapi bukan di dada.

"Udah nih, puas?!" ketus Rere sambil menjatuhkan bokongnya ke sofa usang.

BERONDONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang