35

314 21 1
                                    

"Rambut lo kok basah?" tanya Elang saat melihat Maya menyisiri rambutnya yang kusut dan lepek karena basah. Handuk pink-nya menyampir indah dibahu Maya.

"Karena gak kering" jawab Maya singkat.

"Belom juga masuk ke dalem. Udah nanya-nanya aja. Mau sensus penduduk lo?" lanjut Maya sambil berjalan keruang tamu setelah membukakan pintu untuk Elang.

"Etdahh, ngga kebayang gue kalo jadi petugas kecamatan" Elang terkekeh pelan.

"Ya bagus dong. Jadi, gue bisa minta ajuin dana bansos ke lo" otak Maya memang selalu cemerlang kalau menyangkut uang.

"Dana bansos buat bayar utang ke gue?"

"Kalo bisa" jawab Maya sekenanya.

Elang menatap punggung Maya "Ya gak bisalah, enak aja"

Elang tidak rela Maya lepas begitu saja walaupun Maya bisa melunasi hutang atas kehilangan ATMnya tersebut. Kebersamaannya dengan Maya selama ini, membuat Elang sedikit bergantung dengan Maya. Disaat Elang pulang kerumahnya pun, yang pertama dia cari adalah Maya.

"Yaudah" Maya melengos pergi menuju kamarnya untuk melakukan ritual rangkaian skincare dan bodycare.

Elang tidak bisa bohong. Didalam otaknya masih terngiang-ngiang wajah Rere yang sedang bersama ayah Roney waktu itu. Ulah Rere pula yang belum memintanya untuk bertemu, membuat Elang semakin tidak karuan. Elang ingin Rere yang menjelaskan semuanya dan sedikit peka dengan perubahan sikap Elang belakangan ini. Namun, wanitanya itu tetap dengan kesibukannya seolah tidak merasa bersalah.

Maka dari itu, Elang sengaja mencari Maya untuk menghilangkan suntuk dan kekesalannya.

"May, gue mau sholat!" teriak Elang.

Maya menyembulkan kepalanya dari balik gorden yang digunakan sebagai penutup kamarnya. Tidak ada pintu kayu yang bisa di dobrak, hanya kain tipis yang sering Maya gunakan untuk mengelap tangannya ketika dirinya selesai cuci tangan setelah makan.

Maya sedikit terkejut "Emh?"

"Lo solat?" tanya Maya tidak percaya.

"Yaiyalah, yakali wajah seganteng gue gak pernah dibasuh air wudhu" Elang menyugar rambutnya yang sedikit berantakan.

"Tapi, lo punya pacar"

Elang terdiam untuk berfikir "Hubungannya apa ya?"

"Sholat hayuk, pacaran oke. Gimana dong jadinya?" tanya Maya yang juga bingung.

Maya belaga ingin jadi Ustadzah Oki Setiana Dewi, tapi akhlaknya tidak mumpuni. Ilmunya pun masih sekelas ikan teri.

"Dih, daripada udah pacaran, terus gak pernah solat, dosanya tak terhingga banget itu mah" bantah Elang.

"Jadi, lo sengaja bikin dosa?" tanya Maya mengintrogasi. Biarlah Maya dibilang cerewet, asalkan dirinya bisa bermanfaat untuk orang lain. Sekedar menasehati contohnya.

"Ck, gak gitu juga. Lagian gue pacaran juga gak ngapa-ngapain kok" Elang tidak terima dengan tuduhan Maya.

"Kalo gak ngapa-ngapain, terus ngapain pacaran?" Maya semakin memojokkan Elang membuat Elang mendelik sinis.

"Biar bisa megang toket" jawab Elang spontan. Namun, raut muka Elang dibuat kesal sehingga terlihat serius.

Maya menghentikan aktivitasnya yang sedang mengusap-usap tangannya dengan handbody.

"Toket?" Maya mengulang kata yang terselip dikalimat Elang.

Elang mencebikkan bibirnya. Manusia macam apa Maya ini. Hidup puluhan tahun didunia, masih saja belum mengetahui istilah keren dari dunia perpekoban.

BERONDONGWhere stories live. Discover now