65

80 8 3
                                    

Maya meneliti setiap sudut rumah Elang. Sudah lama ia tidak menginjakkan kakinya di rumah lelaki menggemaskan itu.

Sofa maroon yang masih tertata rapi tidak bergeser sedikit pun. Ikan Dori kesayangan Elang masih bernafas sempurna dihabitatnya. Hanya saja airnya sedikit butek. Sangat berbeda ketika ada Maya dulu di rumah Elang, airnya selalu jernih dan ikannya terlihat gemuk.

"Si Dori gak lo kasih makan? Kok airnya kotor banget?" cerocos Maya sambil berjalan menghampiri aquarium.

"Gak sempet" jawab Elang singkat.

"Kasian Lang! Entar dia kena asma loh. Airnya butek gitu. Mana kurus banget"

"Ya ampun Dori. Kasian banget kamu. Gak di kasih makan berapa taun kamu ama dia?" gumam Maya nelangsa sambil memberi makan ikan koi milik Elang.

Elang menjatuhkan pantatnya di sofa. Sesekali ia meringis merasakan pedih dibibirnya yang robek. Pelipisnya juga lebam. Namun, sakitnya baru terasa sekarang.

Elang memejamkan matanya merasakan sakit yang luar biasa. Ngilu, pusing, perih semuanya menjadi satu.

"Mending lo bantuin obatin gue," ucap Elang entah didengar Maya atau tidak.

Seketika Maya memutar badannya dan melihat Elang terkapar di sofa dengan sekotak P3K.

Maya berjalan dengan rasa bersalahnya. Ia sengaja mengalihkan dirinya melihat Dori. Maya tidak kuasa mengendalikan gemetar setelah mendapatkan ciuman dari Elang.

Maya merasa canggung.

Maya tahu Elang kesakitan. Bukan Maya tidak peduli, namun apa jadinya dirinya ketika harus berdekatan lagi dengan Elang?

Mulut Maya terkatup rapat tanpa berkata sedikit pun. Tremornya masih tersisa. Untung saja Elang tidak membuka matanya. Karena jika Elang mengetahui kalau Maya nervous, Maya yakin Elang akan terbahak-bahak dengan gila.

Tangan Elang bergerak meraba punggung Maya kemudian mengelus rambut Maya.

Maya melotot kaget.

"Gue kira lo kabur. Lo kenapa diem bae? Aishhh..." desis Elang sambil memegang bibirnya.

"Gue kira lo tidur. Merem mulu dari tadi" ucap Maya pelan.

Maya menotolkan Betadine dengan hati-hati disekitar luka Elang. Diam-diam Maya meringis melihat luka-luka di wajah Elang. Banyak goresan aspal dengan darah yang sudah mengering.

"Enakan merem gini. Kepala gue pusing banget. Apa jangan-jangan kepala gue bocor ya?"

Maya memukul paha Elang.

"Aww!" teriak Elang.

"Sakit ayam!"

"Gausah ngaco deh lo!"

"Gue serius elah," Elang meraba sekitar kepalanya.

Maya hanya bisa menelan ludahnya berkali-kali. Rasa takut yang hebat tiba-tiba menghampiri hatinya. Maya takut terjadi luka serius akibat dirinya.

"Panik amat mukanya," Elang terkekeh ketika membuka matanya dan mendapati Maya menatapnya dengan kaku.

"Mau gue telponin ambulance gak Lang?" Maya tidak peduli dengan ledekan Elang.

"Engga"

"Kenapa?”

"Kan ada lo"

Dahi Maya mengkerut,"Gue gabisa ngobatin kepala lo"

Elang menatap mata Maya. Jelas sekali rasa khawatir sedang menyelimuti wanita berponi disampingnya itu.

Elang tertawa kecil,"Kepala gue gapapa"

BERONDONGDär berättelser lever. Upptäck nu