47

259 15 5
                                    

Maya berjalan sambil tertawa dengan Toro. Mereka memasuki cafe Brazillian untuk menemui Elang. Tanpa sengaja Maya melihat Elang sedang menatap mereka dari kejauhan, membuat Maya berbisik pada Toro.

"Lo duduk di meja sebelah aja ya" titah Maya.

Toro mengacungkan jempolnya "Oke Tan!"

Maya menghirup udara disekitarnya dengan rakus. Jantungnya kini berdebar tidak karuan saat Elang terus menatapnya.

Kanget bat gue ma dia woy!

"Ada apa?" tanya Maya bersamaan dengan pantatnya yang mendarat di kursi.

Elang yang berada dihadapannya tidak mengalihkan sedikitpun pandangannya dari Maya. Itu membuat Maya sangat gugup. Namun, Maya mencoba mengontrolnya.

"Leher lo kenapa?" Elang menyipitkan matanya saat melihat leher Maya yang melepuh.

"Ohh,. Ini.." Maya langsung menutupi lehernya dengan telapak tangannya.

"Tangan lo juga. Kok diperban gitu?"

Maya tidak sadar menutupi lukanya dengan tangan yang terluka. Sontak tangannya turun kembali dan menutupi luka dilehernya dengan rambutnya sebisa mungkin.

"Ini ulah si Doni tukang jualan Durex di Alfaapril itu?" Elang menatap Maya dalam.

"Dia masih ngancem elo?" lanjut Elang dengan raut khawatir.

"Gila tu orang! Udah dikasih peringatan juga, gak ada kapok-kapoknya" Elang emosi sendiri jadinya. Padahal Maya pun belum membuka suara.

"Dia neror gue mulu, tau gak?! Makanya gue gak mau lo jauh dari gue. Gini kan jadinya. Padahal tu si Doni udah gue ancem karirnya. Gak ada kapok-kapoknya ternyata dia" ucap Elang menggebu-gebu.

Maya yang tadinya hanya mendengarkan pun buka suara "Ini bukan ulahnya Doni, Lang. But, kok elo bertindak sejauh itu?"

Maya tidak menyangka Doni benar-benar melakukan aksinya. Namun, akhir-akhir ini Doni tidak kelihatan batang hidungnya di kehidupan Maya lagi. Maya pikir, Doni sudah tidak mengganggunya. Tapi, justru kini Elang yang jadi sasarannya.

"Udah lama gue ngaduin dia ke manager-nya. Biar dia gak kerja disitu lagi. Kan deket banget tuh kerjaannya dia sama kontrakannya elo" Elang menjeda kalimatnya.

"Masih untung gue gak lapor ke polisi" lanjut Elang.

Maya terenyuh dengan sikap Elang yang diam-diam peduli padanya. Maya benar-benar tidak tahu kalau Elang beraksi begitu nyata. Kalau sudah begini, kebohongan yang dilakukan Elang tidak ada apa-apanya dibandingkan semua perlindungan yang Elang lakukan untuknya.

"Sejak kapan Doni neror elo?"

"Emm,. Udah lama, maybe. Setelah elo di culik sama Doni, dia jadi genit banget pake spam chat ke gue segala" Elang terkekeh seakan semuanya lucu. Padahal itu sangat mengancam nyawanya! Maya menjadi kesal dengan Elang yang tetap santai atas terroran yang selalu merundungnya. Maya saja ketar-ketir dengan keselamatan Elang, tapi laki-laki dihadapannya masih terlihat adem, ayem, tentram, sakinah, mawadah, warohmah.

Maya tidak habis pikir!

"Elo gak takut?"

Elang menggeleng "Gue cuma takut kehilangan elo" gumamnya.

Maya membisu. Namun, tidak lama kemudian tersadar "Gak usah ngaco! Gue pernah bilang kan? Lo harus hati-hati. Ancaman Doni gak main-main"

Maya mengepalkan tangannya, merasakan darahnya yang berdesir hingga jantungnya melompat-lompat kegirangan. Namun, Maya dengan penuh kesadaran harus didepak lagi ke--paling dasarnya kenyataan.

BERONDONGDove le storie prendono vita. Scoprilo ora