10

750 31 0
                                    

*Tragedi di Alfaapril

Langkah Maya bersemangat saat Alfaapril berada didepan matanya. Tidak sampai 15 menit Maya menghabiskan waktunya untuk berjalan kaki.

Maya tidak ingat bahwa dia hanya membawa uang duapuluh ribu. Matanya kini sudah berbinar memandangi cemilan kesukaannya. Tanpa pikir panjang Maya mengambil semua yang dia sukai. Hingga melupakan kopi yang dipesan Roney.

Setelah dirasa belanjaannya cukup, Maya mengantri dikasir dengan senyuman puas.

Pembloboran

Drrttt...

Tangan Maya bergetar. Ada pesan masuk ke ponselnya.

👨 Elo dimana?

Maya membuka kontak yang mengirim chat padanya untuk melihat foto profilnya.

"Oh. Elang" batin Maya.

Selagi menunggu antrian Maya membalas chat tersebut

👩 Gue lagi diluar

👨 Share loc.
      
     Gue mau ngomog

     *ng

"Diih, typo" gumam Maya.

👩 Share

Maya kini sudah didepan kasir. Gilirannya untuk membayar belanjaan. Ponselnya ia masukkan kedalam saku celana jeansnya.

"Ini aja mba?" tanya si kasir pria itu.

Maya mengangguk.

"Pulsanya mbak?"

"Nggak" jawab Maya singkat.

Maya sedikit risih dengan tatapan kasir pria berseragam merah tersebut.

"Seratus tiga puluh lima ribu" ucap si kasir sambil menyerahkan dua kantong kresek belanjaan Maya.

Maya merogoh saku jeansnya dan hanya menemukan  satu lembar uang.

"Oh my god" gumam Maya.

"Gue lupa cuma bawa uang segini" batin Maya sedih sambil memandang nanar uang dua puluh ribunya.

"Kenapa mba?" tanya si kasir penasaran saat melihat Maya terdiam dengan wajah memelas.

"Emm.. uangnya kurang mas" jawab Maya menunduk.

Malu.

Bingung.

"Ohhh..."

Maya melirik kasir itu. Maya siap menerima ocehan-ocehan yang akan dilontarkan padanya.

Tapi gak cocok kalo dia marah-marah. Baby face gitu.

Maya terkikik geli dalam hatinya.

"Elo.. Maya Imelda kan?"

"Kok tau?"

"Siapa yang gak tau, nama elo kan ada di daftar Ladies Cambria" jawab si kasir itu santai.

Hawa disekitar Maya sudah terasa berbeda. Dari tatapan si kasir pun membuat Maya merinding.

"Kurangnya biar gue yang bayar. Tinggal elo tentuin dimana dan kapan kita bisa main" ucap si kasir sambil menjilat bibirnya sendiri dengan sensual.

"Atau gue yang tentuin?" tawar si kasir dengan tatapan nakalnya.

Untung saja suasana sudah sepi. Jadi, tidak ada yang mendengar obrolan mereka. Kecuali, hanya CCTV yang bisu.

BERONDONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang