14

563 25 1
                                    

Maya mengusap lengannya yang memerah karena cengkraman Elang. Terdapat cap tangan Elang yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Sshh.." desis Maya sambil mendelik menatap Elang.

"Pasang seatbeltnya kalo masih mau idup" titah Elang tanpa intonasi.

Perjalanan sudah lumayan jauh dari terakhir mereka berdiri didepan perusahaan Elang.

Sepanjang perjalanan, Elang berusaha menahan kesabaran. Entah ke berapa kalinya Elang menarik nafas kemudian menghembuskannya.

Elang tidak ingin terbakar emosi. Karena yang dihadapinya sekarang adalah wanita, bukan Roney Satria.

Elang paham dari quotes yang pernah ia baca. Jika pria marah, wanita akan berbalik marah. Elang menyimpulkan, marah tidak akan memperbaiki keadaan. Malah sebaliknya. Semakin buruk.

Api dibalas api akan membludak. Bukan melunak. Tapi, setidaknya marah sedikit untuk menggertak. Nevermind lah.

Satu persatu Elang melepas kancing bajunya dengan tangan kirinya. Karena tangan kanannya ia gunakan untuk mengendalikan stir mobil.

"Loh, loh.. " ucap Maya kaget.

"Mau ngapain lo Lang?" pekik Maya sambil menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya.

Bulu kuduk Maya semula rebahan kini berdiri sempurna.

Mobil berhenti karena lampu merah menyala. Situasi yang tidak diinginkan Maya karena menambah buruk pikiran Maya.

Mau mesum dimobil?

Elang tersenyum miring.

"Urusan gue sama elo belom kelar" ucap Elang penuh penekanan.

Maya membulatkan mulutnya.

"Emang gue sama elo pernah jadian?"
tanya Maya sambil memalingkan wajahnya ke kaca mobil.

Telapak tangannya sudah tidak menutupi wajahnya. Karena Maya kesulitan untuk bernafas.

"Um?" Elang menautkan kedua alisnya.

"Yang belom kelar kan biasanya cinta lama. CLBK" ucap Maya enteng.

Pegal sudah leher Maya menatap kaca mobil disampingnya. Sebenarnya, 75% dari otak Maya ingin melihat bagaimana bentuk dibalik kemeja Elang yang sudah terlepas semua kancingnya.

Elang mendengus mendengar ucapan asal Maya.

"Maya. Liat gue" titah Elang dengan suara pelan namun tegas.

Mata Maya membulat sempurna.

Elang bisa baca pikiran gue?

"Dih, apaan, gue gak bakalan tergoda" bantah Maya jutek.

Maya menggigit bibir bawahnya.

Barusan gue nolak rejeki ya?

"Hah?" respon Elang tidak mengerti.

Tidak ada jawaban dari Maya. Leher Maya masih tetap dalam pendiriannya menghadap kiri. Maya pura-pura tidak mendengar apa yang keluar dari mulut Elang.

Jaga iman. Jaga image.

Bunyi klakson mobil saling bersahutan menyadarkan Elang. Lampu merah berganti hijau. Elang kehilangan konsentrasinya. Elang terlalu fokus memandangi Maya yang asyik mengacuhkan dirinya.

Api kecil berubah menjadi besar. Elang menjalankan mobilnya dengan tidak sabar. Bahkan, Elang memukul stir mobilnya untuk menumpahkan kekesalannya.

BERONDONGWhere stories live. Discover now