45

256 23 2
                                    

Rere mengetuk-ngetukkan kukunya yang panjang ke meja. Ia gelisah sekaligus tidak sabar menunggu kedatangan Elang. Rere mengajak Elang untuk menemuinya di Indoapril dekat sekolahnya Elang. Karena mau ketemuan di cafe pun percuma, tidak ada cafe yang buka di pagi hari.

"Ehhh..." Rere terkejut karena bunyi derit kursi yang di tarik. Ternyata pujaan hatinya.

"Gapapa kan kamu bolos, yang?" tanya Rere saat melihat Elang menggunakan celana abu-abunya. Baju sekolahnya ditutupi oleh jaket levis-nya.

"Udah biasa" jawab Elang singkat.

Elang mengamati penampilan Rere yang sedikit berantakan. Tidak seperti biasanya yang selalu tampil bermake up. Pagi ini terlihat lebih pucat.

"Kamu abis darimana Re?" tanya Elang yang membuat Rere terkesiap.

Rere baru sadar bahwa dia berpenampilan acak-acakan. Sungguh, Rere merutuki dirinya sendiri karena kebodohannya. Ia terlalu kalap sampai lupa dengan keadaan dirinya yang terlihat mengenaskan.

"Umm,. Akuu.. baru pulang kerja terus ngajakin kamu ketemu, ngga sempet bersih-bersih dulu" Rere tersenyum sangsi.

"Jelek banget ya aku yang?" Rere mengerucutkan bibirnya. Kepalanya menunduk karena malu.

"Ngga kok, cuma gak biasanya aja kamu kaya gini" Elang tersenyum kecil.

Elang mencoba untuk santai walau mulutnya ingin sekali mengeluarkan pertanyaan beruntun pada Rere. Demi kedamaian dan kesejahteraan planet bumi. Maka Elang akan mengikuti alurnya dengan santuy.

"Sebenernya, kamu kerja dimana sih Re?" lanjut Elang.

"Euhh,. Itu.." Rere tergagap dengan kondisi tubuh bergerak-gerak tidak nyaman.

Elang menautkan alisnya menunggu jawaban Rere.

"Di.. cafe Brazillian yang" lanjut Rere sambil menjetikkan jarinya.

"Emang cafe-nya harus pake pakaian seksi gini ya?"

Rere menggeleng merutuki dirinya. Satu kebohongan yang tercipta, maka akan berkembang menjadi kebohongan yang tak berujung.

"Engga sih yang. Cuman tadi malem kan aku sama temen-temen mainan truth or dare tuh. Nah, pas dapet giliran aku, Maya ngasih tantangan buat make baju ini ke aku seharian" jelas Rere yang terdengar disedih-sedihkan. Kepalanya menunduk agar aktingnya sempurna.

"Maya?"

Rere mengangguk "Iya yang. Dia juga nyuruh aku buat minum tequilla sebotol. Makanya penampilan aku sekarang berantakan banget" lirih Rere.

Elang yang mendengarnya pun tidak habis pikir dengan kelakuan Maya yang keterlaluan. Diam-diam Elang mengepalkan tangannya menahan geraman marah.

"Tekila itu apa?"

Rere memandang Elang tak percaya. Sepolos inikah lelaki yang menyandang sebagai kekasihnya tersebut?

"Jangan bilang.. kamu juga gak tau apa itu Macallan, Grey Goose, Smirnoff, Margarita?" Rere mengabsen satu persatu minuman yang pernah ditenggaknya.

Elang menggeleng "Emang mereka siapa?"

"Ohh, shitt!!" Rere menepuk jidatnya yang sedikit basah karena keringat.

"Terus yang kamu tau apa, sayang?" Rere menghembuskan nafasnya kasar tapi bukan untuk terakhir kalinya. Ia masih ingin melihat pacarnya yang polos, lucu, menggemaskan.

Sepertinya Elang memang benar-benar tidak tahu. Terlihat dari raut wajahnya yang mencuri perhatian Rere. Ingin sekali Rere menggigit pipi Elang yang tak berdosa.

BERONDONGWhere stories live. Discover now