56

179 12 2
                                    

"Apa jangan-jangan lo udah dimasukin sama dia Tan?"

Maya melotot kaget,"Ngawur lo setan!"

Jantung Maya hampir copot saat ditembak pertanyaan seperti itu. Bukan "udah" tapi "hampir". Setelah pengakuan malam itu...

Maya dan Elang saling menikmati manisnya bibir-bibir mereka yang polos.

Mereka awam dan belum pernah melakukan deep kissing.

Sayang sekali.

Maya menggeleng-gelengkan kepalanya berharap momen itu tersapu dari otaknya.

Ngeri-ngeri sedep

Ngeri hamil

Ngeri ngeliat badan bugil laki-laki

Maya begidig sendiri membayangkannya.

"Lah kok mukanya merah?" skak Toro dengan tawa renyah.

"Ahhh.. udah sih ini mah anjir. Si Elang beruntung banget bangke" Toro tertawa lagi.

Plak!

"Apaan si Tor!" Maya memukul lengan Toro.

"Gue ga pernah anu sama Elang ya. So tau aja lo!" Maya kemudian mencubit lengan Toro karena merasa tidak puas kalau hanya memukulnya saja.

"Aaaa... deuh deuhh deuh! Sakit woy!"

"Ngapain kalian nyebut-nyebut pacar gue?"

Toro dan Maya menoleh dengan terkejut. Rere sudah ada disamping mereka sambil celingukan,"Mana Elang?"

"Udah pergi barusan, Tan" jawab Toro dengan senyum sumringah.

Bagaimana tidak senang, penampilan Rere yang aduhai menggoda berhasil menyegarkan matanya. Walaupun hanya menggunakan baju kotak-kotak dan memakai tanktop sebagai dalaman. Tapi, dadanya yang sangat rendah juga pusarnya yang terlihat menjadi perhatian Toro.

"Tan, ama gue aja. Burung elang kalau liat ayam langsung nyamber-nyamber aja loh. Kasar pula. Apalagi penampilan tante kaya gini, wihhhh.. emmm... dari luar aja udah kebayang dalemnya kaya gimana" ucap Toro diakhiri kekehan renyahnya.

Toro membasahi bibirnya dengan sensual kala Rere menatapnya sekilas.

"Tau aja yang bening-bening lu bocil"

"Ohhh.. tentu saja tante cantik!"

Rere melirik Toro sekali lagi,"Sengaja gue kaya gini biar dia nafsu terus liarnya ama gue doang" jelas Rere dengan wajah ditekuk.

Rere melirik sinis pada Maya. Sengaja Rere berbicara seperti itu untuk menyindir Maya yang sedari tadi menunduk memainkan jarinya.

"Wahhh.. ganas nih keknya. Jago banget ya si burung Elang di ranjangnya?" tanya Toro penuh minat.

Maya semakin kencang meremas jari-jarinya. Toro memang mempunyai mulut yang tidak bisa dikendalikan. Ingin Maya sumpal pakai sandal tapi Maya masih menyayangi sandalnya. Gigitan buaya seperti Toro tidak hanya mengoyak hati para ladies tapi mungkin sandal Maya bisa jadi korbannya jika Maya menyodorkannya.

Rere menggerling sebal. Pernyataan Toro sangat menusuk hatinya. Bagaimana Rere tahu Elang ganas atau tidak, sekedar menciumnya saja Elang jarang sekali.

"Dia nafsunya ama cowo modelan lo kali" ketus Rere pada Toro.

Toro berjengit kaget,"Idih, najis! Gue normal kali Tan, mau nyoba?"

"Gue mau laki gue dulu. Berhasil dapetin burung Elang gue berenti dari Cambria!" ucap Rere serius.

Maya membulatkan matanya dalam diam,"Ternyata... Elang belum pernah melakukan hal lebih sama Rere?" tanya Maya dalam hati.

BERONDONGKde žijí příběhy. Začni objevovat