42

191 14 0
                                    

"Dengerin gue dulu May!" teriak Elang agar Maya mau mengehentikan langkahnya.

Setelah turun dari mobil, Maya langsung berjalan cepat menuju kamarnya. Bunyi hentakan langkah kaki yang sedang menaiki tangga sangat menggema diruangan berlantai dua tersebut.

Elang tidak menyerah begitu saja. Elang menyusul Maya menaiki tangga dengan berlari.

"Lo sebenernya pengen apa si dari gue?!" tanya Maya dengan penuh emosi.

Maya berdiri dipijakan tangga terakhir memandang Elang yang berada dipijakan tangga yang tidak jauh darinya. Dadanya kembang kempis menahan lelah dan emosi yang tercampur.

"Tega lo ya, boongin gue!!" kedua mata Maya berkaca-kaca. Maya sangat kecewa atas perbuatan Elang kepada dirinya.

"May, tenangin diri lo dulu. Gue bisa jelasin" Elang memegang kedua bahu Maya. Manik mata Maya menatap Elang dengan nyalang. Berbanding terbalik dengan tatapan Elang yang penuh rasa bersalah.

"Gue ngantuk mau tidur" jawab Maya tidak minat sambil berusaha melepaskan tangan Elang dari pundaknya.

"May, please. Dengerin gue dulu" ucap Elang memohon. Maya berjalan dengan tergesa ingin segera masuk ke kamarnya. Namun, Elang juga tidak kalah cepat melangkahkan kakinya mencoba menahan Maya untuk mendengarkan semua penjelasannya.

Elang yang tidak sabar kemudian mencekal lengan Maya yang sudah memegang knop pintu.

"Ishhhh, lepasin! Sakit!" Maya berusaha melepaskan cengkraman Elang.

Tidak hanya itu, tubuh Maya yang mungil dipepetkan ke tembok oleh Elang untuk mengunci pergerakan Maya.

Dan.. yaa.

Berhasil.

"Lang, lo apa-apaan sih?!" ucap Maya dengan intonasi yang bisa didengar sampai luar rumah.

"Selain niat boongin gue, lo juga mau perkosa gue gitu?!" mata Maya yang memerah semakin menyeramkan saat bola mata itu membulat memelototi Maya.

Punggung Maya sudah menempel indah di tembok. Maya menoleh ke kanan, ada lengan Elang. Maya menoleh ke kiri, lengan Elang juga. Ingin kabur lewat bawah, Maya takut menyenggol Burung Elang Terhormat yang bertengger diantara kedua paha Elang.

Pandangan Elang menyerobok kedalam tatapan Maya yang sulit dijelaskan.

Apa harus dengan cara begini biar lo gak geliat-geliat kek belut sawah?

Maya melihat jakun Elang yang bergerak naik kemudian turun dengan tempo yang sangat eksotis tanda Elang sedang menelan ludahnya sendiri.

Aduh, astaga. Letoy kaki gue liat yang beginian. Mana deket banget gini, jadi ngiler pengen dusel-dusel mukanya.

"Lo mau goda gue ya? Lo kira gue bakal luluh, terus dengan mudahnya maafin lo?!" ketus Maya yang diakhiri dengan senyuman miring. See, mulut sama otak tidak sinkron.

"Gak akan! Lo mau nyosor bibir gue?" Maya menyilangkan kedua tangannya didadanya. Kepala Maya mendongak menantang Elang.

"Haha, ngarep! Jangankan ludah lo, gue aja jijik sama diri lo!" ketus Maya diluar kendalinya. Elang menelan ludahnya lagi merasa sakit hati dengan ucapan Maya.

"Bahkan gue belum jelasin. Lo udah seenaknya aja ngomong jijik ke gue" Elang menatap dalam netra Maya. Ini yang Elang takutkan. Elang tidak mau kehilangan Maya. Salahkan Maya, kenapa mempunyai aura yang setara dengan perempuan yang punya pelet pemikat.

"Gimana gak jijik! Lo dengan seenaknya memanfaatkan kepolosan gue! Kalo lo jujur dari awal, gak bakalan ada tuh, kontrak sialan yang ngerugiin gue!" omel Maya mengeluarkan unek-uneknya.

BERONDONGWhere stories live. Discover now