TAR~49

60 9 30
                                    

Kamu yang mampu menerbitkan senyumanku. Dan ternyata kamu pula yang menenggelamkannya.
____________________________________

Bonne Lecture💐😘


" Lupain Rama! Tinggalin Rama! Jangan ganggu Rama! Ikhlasin Rama buat gue! Karena yang Rama suka itu bukan lo, tapi gue. Lo cuma di jadiin jembatan aja biar Rama bisa ngegapai gue "

Setelah mendengar kalimat yang diucapkan oleh Nara dadanya bertambah sesak. Bersamaan dengan itu, kristal bening yang sedari tadi ia tahan mati-matian supaya tidak keluar, kini luruh begitu saja melewati pipi chubby miliknya.

Deva menangis pilu. Menangisi kebodohannya sendiri. Ia kini mengepalkan tangannya untuk menyalurkan rasa sesaknya ini.

Hancur sudah hatinya. Dadanya sesak, bagai di tancap tombak tumpul yang dipaksakan untuk munumbuk dirinya secara bertubi-tubi. Sakit sekali bila dirasakan.

'Kenyataan macam apa ini?'

Baru kali ini ia menangisi seorang laki-laki yang bukan ayahnya atau abangnya. Dan sayangnya yang membuat ia menangis adalah Rama. Rama yang selalu membuat ia tersenyum bahkan tertawa, kini malah membuatnya berlinangan air mata.

Tak ada yang bisa menduga hati dan perasaan. Terkadang kepercayaan yang kita bangun dengan kokohnya akan hancur hanya dalam sekali tepukan saja.

Bagaimana bisa hubungan yang diawali dengan kasih yang dibumbui oleh senyum canda tawa akan terlupakan begitu saja. Tidak ada yang tau akan hal itu, bukan?

Kata KITA yang kini kembali asing . Suka berubah jadi luka. Semuanya seperti mimpi. Mimpi buruk untuk ekspektasi Deva.

Rama tidak mengatakan apapun pada Deva. Ia terus menatapi gadis malang yang jaraknya sedikit jauh darinya.

Rama mengusap wajahnya dengan sangat kasar. Berkali-kali mengacak rambutnya. Melihat Deva menangis seperti ini bukanlah keinginannya. Namun ia harus melakukannya.

Jadi ia harus apa?

Lari? Meninggalkan Deva dengan air matanya? Tidak! yang benar saja.

Sudah cukup! Ia tidak ingin menjadi laki-laki pengecut untuk yang kesekian kalinya. Rama sudah tidak sanggup.

Kenapa harus seperti ini pikirnya

Deva terus menangis. Hingga kepalanya terasa pening, kemudian tubuhnya hampir luruh ketanah. Deva sudah pasrah, ia tidak mampu untuk berdiri tegak lagi. Tinggal hitungan detik saja tubuh Deva akan tabrakan dengan tanah. Namun, sedetik sebelum Deva terjatuh ada lengan kekar menahan tubuhnya.

Dengan sigap Rama menangkap tubuh mungil Deva. Rama memeluk tubuh gadis itu. Ia mendekap erat gadis mungilnya yang berhasil ia sakiti saat ini.

Rama semakin mengeratkan pelukannya ketika Deva menangis dengan tubuh bergetar.

Setelah kesadaran dan menstabilkan nafas yang sebelumnya tersenggal akibat sedari tadi ia yang terisak, Deva menjauhkan dirinya dari Rama. Sangat sulit melepaskan lilitan tangan kekar itu di pinggang dan punggungnya.

Deva terus saja bergerak untuk melepas tangan itu. Hingga akhirnya terlepas. Walau sang empu terlihat sangat tidak rela.

Kini Deva memberanikan diri untuk menatap netra coklat itu. Ia melihat tepat pada manik matanya. Disana terlihat penyeselan dan luka. Tetapi dari kejadian ini Deva lah yang tersakiti, dan Rama yang menyakiti.

Deva masih sesenggukan menatap nanar kebawah.

Kemudian ia kembali menatap Rama yang tengah melangkah mendekati dirinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 15, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Te Amo RamaWhere stories live. Discover now