TAR~34

50 16 31
                                    

Bolahkah aku serakah untuk sekali ini saja? Aku menginginkan segala yang ada pada dirinya. Aku menginginkan hati juga raganya. Apa boleh jika aku se-serakah itu?
____________________________________

Bonne Lecture😘💐


Ibu jari Rama mengeluarkan sedikit darah.

" Udah ilang ularnya! " ujar Rama lembut, untuk menenangkan Deva yang masih merasa shock.

Dengan perlahan Deva mulai membuka kedua tangan yang ia gunakan untuk menutupi wajahnya.

Setelah mengetahui bahwa ular yang mengerikan itu sudah tidak ada dikakinya lagi, Deva membuang nafas lega.

" Fiuuh.. Akhirnyaa.. Sumpah aku tadi ta- " ucapan Deva terhenti ketika mengetahui bahwa jari tangan Rama mengeluarkan darah. Walau tidak banyak, tapi itu mampu membuat Deva shock.

" Jari kakak berdarah kak!! " pekik Deva. Ada gurat kepanikan terukir diwajah manisnya.

Rama tidak menjawabnya. Ia hanya sibuk memandangi wajah gadisnya yang sedang panik.

" Kak itu kenapa bisa sih? Bisa berdarah gitu! " ucap Deva kesal. Dengan masih memandangi jari Rama.

" Digigit ular tadi, makanya berdarah " jawab Rama tenang seperti tidak terjadi apa-apa.

" HAH?? " teriak Deva tepat didepan muka Rama, lalu ia mengambil tangan Rama. Mengikat ibu jarinya. Setelah itu menyesap darah di ibu jari Rama.

Deva yang sebelumnya berhenti menangis kini matanya telah mengeluarkan rintikkan air dari pelupuknya.

" Kakak yang kuat ya, Kak Rama ga boleh tidur oke. Kuat ya, ayo kita kerumah sakit kak. Aku yang bawa motornya! " Deva menarik lengan Rama dan menyeretnya hingga mendekati motor Rama.

Menurut sepengatuhan Deva, orang tergigit ular itu tidak boleh menutup matanya. Gatau sih apa alasannya. Dan yang Deva lakukan tadi juga karena ia pernah melihat dan membaca artikel bahwa orang terkena gigitan ular harus diikat supaya racunnya tidak menyuluruh ditubuhnya.

Sebenarnya menghisap bagian yang tergigit ular itu tidak dianjurkan. Tapi apa boleh buat, Deva khawatir. Pikirannya kalut kala melihat jari kekasihnya mengeluarkan darah. Membuat otaknya sedikit beku, hingga tidak lagi bisa berfikir dengan baik.

Deva mengajak Rama untuk berjalan menuju motor milik Rama. (padahal kalo kena gigitan ular berbisa itukan gak boleh digerakin De!). Dahlah, serah Deva aja.

" Sakit De, aku gakuat! " cicit Rama dibelakang Deva sambil menampakkan wajah kesakitannya.

" Yaampun! " Deva menghentikan langkahnya dan menatap nanar kearah Rama.

Bagaimana pun ini karena dirinya. Andai saja tadi dia tidak pake acara ngambek-ngambekkan, pasti hal mengerikan ini tidak akan terjadi.

Rama terduduk dibawah Deva dengan wajah kesakitan. Deva pun ikut lunglai disamping Rama. Deva sangat lemas saat ini. Ia bingung apa yang harus dilakukan. Ia bingung harus berbuat apa, agar Rama tertolong.

Deva tidak dapat membawa Rama kerumah sakit, karena memang dia tidak bisa mengendarai motor sport milik Rama.

Kalo saja bisa, pasti dia langsung melesat dalam waktu singkat. Tapi ini? Arrggh, rasanya Deva sangat frustasi menghadapi hal horor seperti ini.

" Kak Rama.. Hikss.. Hikkss yang kuat yaah.. Be-bentar aku, hiks.. Mau nelpon Kak Aji dulu! " Deva sudah mengeluarkan ponselnya dengan tangan bergetar.

Mendengar kata Aji, Rama langsung terjingkat dan mendekat kearah Deva.

" De, aku lemes boleh sandaran sama kamu gak? " tanya Rama dengan wajah lemasnya.

Te Amo RamaWhere stories live. Discover now