Pak Aki, Kami Takut Kami Ketakutan!

3.2K 281 14
                                    

Jawad berhasil membuat keadaan menjadi lebih baik. Tak ada lagi yang mengungkit-ungkit tentang kematian Pak Yanto atau ucapan salam misterius itu esok harinya. Walau tak dapat dipungkiri, kedelapan sepupu masih bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Sudah hampir tiga hari sejak Pak Yanto wafat, juga Pak Aki dan nenek yang belum juga pulang ke rumah. Jawad dan yang lainnya mengira Pak Aki pasti kesusahan untuk menghubungi cucu-cucunya karena keterbatasan sinyal yang sangat parah. Namun keajaiban terjadi pada pukul 10 pagi. Telepon genggam milik Mytha berdering.

"Halo Assalamu'alaikum?" sapa Mytha.

Lama tak ada balasan dari nomor yang tak dikenal itu. Jawad dan Muthi yang berada di meja makan ikut terdiam mendengarkan.

"Halo?" ulang Mytha.

"Speaker!" sahut Jawad meminta Mytha mengeraskan volume ponselnya.

Terdengar krasak krusuk di seberang sana, lalu suara Pak Aki membuat lega. "Wa'alaikumussalam. Mytha kumaha barudak²⁴?"

Mytha mendekatkan mulutnya ke ponsel. "Baik Pak Aki Alhamdulillah. Pak Aki gimana di sana? Gak ada sinyal terus dari kemarin jadi susah mau nelepon."

"Alhamdulillah atuh kalau pada baik-baik aja di sana. Pak Aki sama nenek sehat, cuman khawatir aja meni sampai teu aya sinyal kitu tara-tara²⁵," kata Pak Aki.

"Eh, apa tuh?" Harrir muncul dari balik lorong kamar mandi. Ia penasaran karena terdengar suara Pak Aki.

"Iya Pak Aki," lanjut Mytha. "Kapan pulang?"

"Tah éta²⁶... Pak Aki kayaknya minggu depan pulangnya. Mau di sini dulu soalnya kasian saudara nenek pengen ditemenin," jawab Pak Aki serius.

Mytha terdiam sejenak. "Oh..."

"Iya wayahna ya gapapa? Jawad, Muthi, Harrir ada di situ?" Pak Aki bertanya seperti tahu ada tiga cucunya yang lain yang mendengarnya.

"Iya ada Pak Aki," jawab Mytha.

"Widih hebat bisa nebak. Kayak cenayang," bisik Harrir kepada Muthi.

"Hilih," cibir Muthi. Harrir mendorong bahunya pelan.

"Mana Jawad? Pak Aki mau ngomong." pinta Pak Aki. Mytha segera menyerahkan ponselnya kepada Jawad.

"Iya Pak Aki?" Jawad mematikan tombol speaker dan beranjak dari tempat duduknya.

Mytha mengeluh. "Ehh, malah pergi. Mau nguping juga."

Jawad menaruh telunjuk di bibirnya. "Sst!"

"Ih sok serius kamu," kata Mytha.

Muthi terkekeh, Harrir pun duduk di kursi yang Jawad tinggalkan.

"Ih anget!" seru Harrir mengusap pantatnya.

Belum sempat Harrir mengambil makanan, Jawad berlari mendekat dengan panik. "Ai kita gak ada tahlil buat Almarhum Pak Yanto?!"

Harrir yang baru saja memasukkan kentang goreng ke mulutnya tersedak. "EH GAK ADA!" teriaknya.

Pak Aki yang mendengar dari seluler langsung menggerutu. "Astaghfirullahaladzim! Kunaon teu aya tahlil²⁷?! Ustadz Aceng gak ngadain tahlil?!" Pak Aki berseru. Wajar sekali Pak Aki terdengar kesal, karena ia adalah ketua DKM di desa ini yang pasti selalu mengatur urusan warga, salah satunya mengadakan tahlilan di masjid.

Jawad gelagapan. "Euh... Cenah baca Yasin di rumah masing-masing."

"Kenapa baca di rumah masing-masing?" Pak Aki kembali bertanya.

"Kalian baca Yasin gak selama ini?" Mytha melebarkan matanya kepada Harrir dan Muthi yang langsung dijawab dengan gelengan.

Jawad kembali menjauh, terdengar Pak Aki yang sayup-sayup masih mengatakan sesuatu.

BELASUNGKAWA [COMPLETED]Where stories live. Discover now