Pocong Gelinding

2.9K 288 20
                                    

Ali dan ketiga sepupunya masuk ke dalam dapur melalui pintu belakang dengan lesu. Mytha yang sedang memasak ayam goreng terheran-heran melihat kondisi adik-adiknya seperti ada yang tidak beres.

"Habis main kok lesu gitu?" Mytha pun tahu, jika letih karena tenaga selama bersepeda wajah mereka tidak akan sepucat itu. "Kayak habis dikejar setan."

"Emang," jawab Ali refleks. Mytha semakin bingung. "Teu kétang heureuy³¹ Teh!" sanggahnya.

Mytha bergumam, "Buruan mandi Aa bau apek!"

"Naha sih Aa waé daritadi!" Harrir bersungut-sungut. Semua tak bisa menahan tawa. Tawa yang hambar, sisa ketakutan itu masih terasa. Mehri berkali-kali menggeleng, menepis suara cekikikan yang terkadang masih terekam di kepalanya.

Harrir berjalan untuk mencuci tangan yang lengket karena es potong di keran dekat dapur dan pergi mandi.

"Eh Nafisa mana?" tanya Mytha seraya mengecek sekeliling.

"Nafisa? Gak tahu... daritadi sama De Zahra mungkin," jawab Muthi singkat.

"Loh bukannya tadi sama kalian main sepeda?" tanya Mytha lagi.

Ali berhenti memijit-mijit kakinya. "Enggak. Kita 'kan langsung jalan pas dari garasi juga."

"Nafisa mah gak ikut." Mehri memperjelas.

Mytha mematikan kompor dan buru-buru masuk ke dalam rumah, meninggalkan ketiga sepupu yang tercenung heran.

Di ruang TV, Jawad menoleh ketika Mytha berdiri di sebelahnya.

"Nafisa kemana?" tanya Mytha tanpa basa-basi.

Jawad mengerutkan dahi. "Mana kutahu."

"Ih kamu gimana sih!" Mytha berbalik dan masuk ke dalam kamar tamu. Zahra sedang bermain game di laptopnya. Gadis berusia dua belas tahun itu mendongak.

"Nafisa mana?"

Zahra mengangkat alis. "'Kan tadi sama Aa sama Teh Mehri."

"Mereka udah pulang, gak bareng Nafisa," ucap Mytha. Zahra langsung menutup laptopnya dan tanpa pikir panjang langsung mencari Harrir.

Zahra mendengar senandung dari dalam kamar mandi.

"IZINKAN KULUKIS SENJA... MENGUKIR NAMAMU DI SANAA...." Harrir bernyanyi cukup kencang dari dalam sana.

DOR DOR DOR!

"Aa!" panggil Zahra sambil menggedor pintu kamar mandi.

Harrir berhenti bernyanyi. "Apa, mau duet?"

"Bukan, ish! Nafisa gak ada!" teriak Zahra.

"Hahhhh?" Harrir tidak mendengar karena bisingnya keran.

"MATIIN DULU KERANNYA ATUH!" Zahra teriak lagi. Suara keran pun berhenti.

"Apaa?"

"NAFISA GAK ADA!"

"HAH!"

⚰️⚰️⚰️

Udara kian dingin dan berangin. Langit menampilkan gurat-gurat merah cahaya di senja hari. Matahari hampir menyingsing menuju tempat persembunyiannya. Pohon-pohon bambu di lapangan saling bersiul-siul, dahannya bersentuhan satu sama lain. Suara bising nan damai di kebun yang besar itu menemani Jawad, Mytha, dan Zahra mencari Nafisa. Garis-garis sisa mentari menyinari lapangan dimana Jawad sedang mengusap kepalanya yang mulai pening.

"Nafisaaaa!" Suara melengking Zahra menggema di tengah lapangan. Namun tak terdengar suara Nafisa yang menyahut panggilannya, hanya suara angin dari sekeliling kebun yang menderu-deru sebagai jawaban.

BELASUNGKAWA [COMPLETED]Where stories live. Discover now