21. Satu Kelas Dengannya

14 9 0
                                    

Matanya menatap arah mading, dimana para siswa maupun siswi tengah berkumpul di hari pertama tahun ajaran baru ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matanya menatap arah mading, dimana para siswa maupun siswi tengah berkumpul di hari pertama tahun ajaran baru ini. Pastinya mereka sedang mencari namanya pada tabel pembagian kelas. Memang setiap kenaikan kelas, pasti akan dibagi secara acak. Dan semoga saja Sindy dan Cahya tidak terpisah kelas.

Sindy tak ingin berdesak-desakan untuk mencari namanya. Gadis yang satu ini hanya fokus mencari sahabatnya.

"Itu dia." Sindy berlari menghampiri Cahya yang sibuk dengan ponsel ditangan.

Hap

"Heh!" Sindy mengejutkan Cahya.

"Sindy!" pekik Cahya, refleks keduanya saling berpelukan.

"Udah lo liat? Kita kelas berapa?" tanya Sindy. Malam tadi Cahya sudah berniat ingin turun lebih awal agar tidak berdesakan untuk melihat nama mereka pada urutan kelas itu.

"Udah dong. Mau tau kelas mana?" goda Cahya ketika melihat ekspresi sahabatnya yang terlihat sangat penasaran itu.

"Buruan ihh!"

"Kita sekelas!" pekik Cahya, gadis itu hampir melompat saking senangnya ketika mengatakan itu pada Sindy.

"12 apa?" tanya Sindy.

"12 IPS E," jawab Cahya.

"Seriusan? Kelas paling ujung dong?" tanggap Sindy.

"Buruan sini," Cahya menarik tangan Sindy menuju kelas barunya.

12 IPS E. Kelas paling ujung dan sedikit jauh dari lapangan. Dibelakang kelas itu terdapat kuburan jaman belanda yang tentunya akan menambah kesan horor.

Disinilah Sindy dan Cahya berada, 12 IPS D. Kelas yang akan mereka tempati selama satu tahun kedepan.

"Kok seram gitu ya," Cahya mengusap lehernya.

"B aja kali ah, elo mah kebanyakan dengerin gosip orang," sahut Sindy.

Cahya garuk-garuk kepala. “Itu bukan gosip oneng. Itu urband legend.”

Sindy melambaikan tangan. “Nggak usah percaya ama gitu-gituan. Sesat ntar lo. Ayuk ah.”

Mereka berdua melangkah masuk ke ruang kelas dengan saling berangkulan.

Tapi tiba-tiba, seseorang menarik tas Sindy dan Cahya.

“Eh! Eh!” kompak keduanya.

Diary About Sindy •END• {Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang