19. Liburan (Part Empat)

14 9 0
                                    

Hari ketiga berada di Bali

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Hari ketiga berada di Bali. Para murid SMA Binar Berlian mengadakan sebuah permainan. Ada benarnya juga perkataan Aldino. Katanya, pada saat liburan pasti akan ada sebuah game alias permainan.

Murid-murid kelas 11 duduk melingkar di sebuah lapangan yang berada di tengah-tengah hutan. Ada sebuah alat pendeteksi kebohongan di tengah mereka. Saling tatap, mereka tak kuat menahan tawa melihat ekspresi grogi masing-masing.

Mereka berkumpul tanpa Tara dan Aldino. Tara dan beberapa orang guru lainnya mengurus kecelakaan yang dialami Aldino. Sengaja, pihak sekolah belum menghubungi orang tua Aldino karena tidak ingin mereka khawatir, dan Aldino pun setuju dengan itu.

Jadi, pihak sekolah merawat Aldino dibantu oleh para suster dan Tara. Mereka bersama-sama membantu Aldino dalam rangka penyembuhan retak tulangnya.

Sindy, Cahya, dan Rafa duduk berjajar dengan raut muka biasa-biasa saja. Ada satu orang teman mereka yang masih sakit, jadi rasanya kurang lengkap tanpa hadirnya Aldino. Mereka menghargai itu.

Pak Yudi, memulai permainan dengan mengoceh banyak hal. Salah satunya tentang peraturan permainan. “Yang pertama, jika alat pendeteksi kebohongan ini memberi aliran listrik untuk kalian setelah kalian menjawab pertanyaan, maka artinya kalian berbohong.”

“Kedua, jika kalian ketahuan berbohong, maka kalian akan diberi hukuman oleh teman-teman kalian.”

“Ketiga, jika ketika kalian menjawab pertanyaan dan alat ini tidak memberi respon apapun, itu artinya kalian jujur dan kalian lolos yang artinya tidak akan mendapat hukuman.”

“Kalian paham?”

Anak-anak tampak antusias dengan permainan ini. Mereka dengan serempak menjawab. “Paham, Pak!!”

“Oke. Mari kita mulai,” ucap Pak Yudi. “Dari sebelah kanan. Dimulai dari Irma.”

Irma dengan berdebar-debar meletakkan tangannya ke atas alat pendeteksi kebohongan itu. Seseorang tiba-tiba berteriak mengajukan pertanyaan yang sangat horor kepadanya. “PERNAH BERAK DI CELANA NGGAK?”

Irma melotot mendengarnya. Dia sangat malu ditertawai mereka semua. Sakingnya gugup, refleks Irma menjawab. “NGGAK!”

DRRRTTTT

Tubuhnya tersetrum ringan. Sontak saja tawa semakin mengeras. Irma cengar-cengir ketahuan berbohong. Akhirnya, dia menerima hukuman menyanyikan lagu potong Bebek angsa dengan vokal i.

Orang kedua di samping Irma adalah Maya. Gadis itu nampak santai ketika mendengar pertanyaan seorang siswa. “PERNAH CIUMAN NGGAK?”

Maya menyahut dengan tenang. “Nggak pernah.”

Dan dia lolos.

Orang berikutnya adalah Sindy. Pikirannya yang sedang tidak fokus, asal saja meletakkan tangannya ke atas alat. Dia tidak bisa berpikir jernih, kepalanya dipenuhi sosok Aldino.

Diary About Sindy •END• {Terbit}Donde viven las historias. Descúbrelo ahora