01. Prolog

387 145 39
                                    

Seorang anak laki-laki mengendarai sepeda motornya secepat kilat, berusaha menerobos arus kendaraan sekitarnya dengan kecepatan penuh, sampai motor tersebut memasukki gang-gang kecil hanya demi menghindari segerombol pengendara lain yang mengejarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seorang anak laki-laki mengendarai sepeda motornya secepat kilat, berusaha menerobos arus kendaraan sekitarnya dengan kecepatan penuh, sampai motor tersebut memasukki gang-gang kecil hanya demi menghindari segerombol pengendara lain yang mengejarnya.

Dia adalah seorang murid SMA Binar Berlian yang terletak di pusat kota. Lelaki itu bernama Aldino Damaga, seseorang yang memiliki badan atletis dan tinggi, serta memiliki pesona yang luar biasa untuk memikat hati para wanita.

Seperti anak lelaki zaman milenial pada umumnya, Aldino memang seorang anak laki-laki yang nakal dan begajulan. Seperti saat ini, dirinya tengah dikejar-kejar oleh segerombol orang sepantarannya yang merupakan musuh bebuyutan seorang Aldino.

Ada seorang tukang sayur di pengkolan jalan kecil, dan tanpa segaja Aldino dengan motornya menyerempet gerobak sayur tersebut hingga sang empunya kaget karena barang dagangannya berhamburan.

Melihat itu Aldino merasa bersalah namun di belakangnya musuh semakin mendekat, alhasil dia meninggalkan si tukang sayur yang tengah meratapi sayur-sayurannya di jalanan.

Sementara itu, seorang gadis yang tengah berjalan kaki sambil bersenandung sangat terkejut ketika dia menonton adegan tabrak lari yang dilakukan oleh Aldino. Dia refleks menutup mulut dan seketika berlari menuju si penjual sayur untuk menolongnya.

"Pak, bapak nggak kenapa-napa, kan?" tanya gadis itu.

Si bapak menoleh, sambil mengelap keringat dia mengangguk sambil tersenyum."Nggak papa kok, Neng. Cuma sayuran bapak aja yang pada jatuh."

"Ya Allah, Pak. Kasihannya, emang dasar cowok brengsek. Nggak mau tanggung jawab!!" Gadis itu segera membantu si bapak memunguti sayurannya.

••|••|••

Mungkin inilah yang dinamakan karma, Aldino terjatuh dari motor setelah tadi menjadi tersangka kecelakaan tabrak lari dengan tukang sayur. Aldino mengerang kesakitan dibalik gang yang tertutup oleh bak sampah sehingga tidak nampak dari jalanan.

Sedangkan motornya sudah aman di sampingnya, Aldino merasakan tulang kakinya seperti kesleo. Dia meringis, sesekali merintih ketika kakinya tidak bisa digerakkan.

"Argh," desis Aldino.

"Astaga!!" kaget seorang gadis ketika melihat ada seseorang dibalik gang menuju rumahnya. Dia gadis yang sama dengan gadis yang menolong bapak tukang sayur.

Aldino mengangkat kepala, lalu kembali mengabaikan gadis di hadapannya. Dia hanya fokus pada rasa sakit di kakinya.

"E-elo yang tadi nabrak bapak-bapak tukang sayur tadi, ya?" tanya gadis itu.

Aldino merasa kesal. Dia mendecak. "Diem lo. Sakit nih."

Rasa iba gadis itu berubah menjadi rasa geli. Dia ingin tertawa namun dia berusaha menahannya. "Mau gue tolongin nggak?" tawar gadis itu.

"Nggak usah!" tolak Aldino sinis.

"Dih, yaudah!"

Gadis itu melangkah melompati Aldino dengan santainya. Namun selang beberapa detik sebuah suara terdengar. "Hei."
Aldino berkata parau setelah melihat gadis tadi menoleh ke arahnya. "Kaki gue nggak bisa digerakin. Tolong gue!"

••|••|••

Setelah membantu Aldino dengan cara menuntunnya pelan-pelan, kini Aldino sedang berada di rumah gadis itu. Kakinya sedang dikompres menggunakan es batu agar memarnya bisa kempes.

Aldino memperhatikan gadis itu yang sampai saat ini belum mengganti seragam sekolahnya karena sibuk mengurus dirinya. Dan baru Aldino sadari ternyata seragam sekolah mereka sama.

"Eh, lo anak Binar Berlian, ya? Baru engeh gue seragam kita samaan," ucap Aldino.

Gadis itu melihat seragam Aldino. "Loh, iya, ya." Lalu tanpa sadar mereka berdua tertawa.

"Siapa nama lo?" tanya Aldino penasaran.

"Gue Sindy. Lo siapa?"

"Aldino. Panggil aja Al ganteng," ucap Aldino pede.

"Diiiihhhh," cibir Sindy. "Lo kelas apa? Kok kayaknya gue nggak pernah liat elo deh."

"Gue kelas 11 IPS A, ya gue emang jarang keluar kelas sih, biasalah anak pinter mah belajar terus." Aldino dengan segala kepercayaan dirinya mengatakan bahwa dirinya pintar padahal peringkatnya selalu 5 besar dari belakang.

Dan dengan polosnya Sindy percaya. "Oh ya? Pantesan gue nggak pernah lihat lo."
Aldino menahan tawanya.

"Kalo gue anak 11 IPS D. Nggak pinter-pinter banget, malah cenderung biasa aja," ucap Sindy.

Mereka terus asyik mengobrol, dan tanpa disadari ada seseorang di dalam rumah itu yang ikut mendengarkan obrolan seru mereka dengan penuh rasa iri.

"Aldino... Lo harus jadi milik gue!"

Jangan lupa vote, komen dan share♥

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa vote, komen dan share♥

Salam hangat 2 author
Tag aisaulia84 lvsimsim_

Diary About Sindy •END• {Terbit}Where stories live. Discover now