08. Friendzone

172 92 6
                                    

Aldino melangkah ke sana kemari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aldino melangkah ke sana kemari. Dia mencari-cari sosok seseorang. Mulai dari toilet lelaki dan wanita dia mencari, namun tidak menemukan siapa-siapa.

Langkah Aldino tertuju ke taman belakang panggung. Di sana, dia melihat seorang gadis duduk diam di bangku taman. Dilihat dari postur dan penampilannya, Aldino yakin bahwa dia adalah gadis yang dicarinya.

Aldino dengan mantap menghampiri gadis itu.

Tanpa aba-aba. "DOORRRR!!!!"

Tara. Gadis itu hanya mengernyit tanpa terkejut sedikit pun. Melihat itu Aldino cemberut. Kenapa susah sekali melihat ekspresi Tara yang lain selain ekspresi datarnya?

"Kok lo nggak kaget sih?" kesal Aldino.

Tara hanya diam.

"Harusnya kaget," sambung Aldino.

"Woii."

"Gue kayak lagi ngomong ama patung."

Tara mendecak sebal. "Kenapa sih di mana-mana tuh ada lo."

Aldino tertawa. "Ya mana saya tau. Kerjaan saya kan keliling kota."

"Aneh," bisik Tara namun cukup terdengar oleh Aldino.

"Lo kali yang aneh, nenek lampir!!!"

Tara melirik Aldino, dan lelaki itu seperti biasa menjulurkan lidahnya.

"Apa lirik-lirik? Naksir lo ye ama gue?" ucap Aldino dengan pedenya.

Tara bergidik dibuat cowok itu. "Lo kalo ke sini Cuma mau ganggu gue mending lo cabut deh."

"Gue nggak mau ganggu kok. Gue Cuma mau bertanya."

"Lo itu bukan wartawan, kan? Kenapa nanya mulu si lo?"

"Ya gue emang bukan wartawan. Tapi gue harus bertanya kalo nggak gue gabakal bisa tidur."

Tara nyaris mencekik leher Aldino kalau saja dia tidak menyabarkan diri lebih lama lagi menghadapi cowok ini. "Lo mau tanya apaan?"

"Lo kenapa kabur dari ruangan?"

"Gue nggak kabur."

"Terus?"

"Gue kebelet pipis tadi. Makanya mampir ke sini."

"Masa?"

"Astagfirullah iya Aldino."

Aldino terperangah lebay. Sampai-sampai dia menutupi mulutnya dengan tangan. "Ada dua hal yang bikin gue kaget."

Tara melengos. Tak berminat menanggapi celotehan Aldino yang tak berguna menurutnya.

Meskipun terkacangi namun Aldino tetap bersikeras melanjutkan kalimatnya. "Pertama. Lo bisa istighfar. Kedua, lo tau nama gue."

Aldino tepuk tangan heboh. "Hebat. Hebat. Lo udah tau nama gue padahal gue nggak pernah ngasih tau."

Diary About Sindy •END• {Terbit}Where stories live. Discover now