Bagian 2

1.5K 35 19
                                    

Kesuksesan dalam meniti karier, mulai kuliah dengan kerja keras tidak lantas membuat hidupku tenang.

Ada hal yang tidak terlintas dipikiran ku selama ini, Pernikahan.

Huhhh...membayangkan perempuan saja, aku sudah mulai migran, karena seumur hidupku, hingga kini aku belum pernah bersentuhan dengan lawan jenis ku selain Ibu yang melahirkanku
Mengagumi perempuan?? Iya aku kagumi. Mencintai?
Tak lebih dari mencintai seperti cinta kepada seorang ibu.

Teman temanku di kantor sering memperkenalkan aku dengan wanita wanita cantik rekan mereka. Tapi dengan alasan tertentu aku menolaknya. Mereka bisa menerimanya.

*****

Dalam perjalananku ke kantor pagi itu, bayangan pernikahan yang menari nari di otak ku buyar karena bunyi telpon dari Mamaku. Tak segera kuangkat.

"Ini pasti soal pernikahan lagi. Udah dua kali Mamak mengingatkanku..uhhhh Mamak ada ada saja" gumamku.

"Hallo Mama sayang...Andri lagi nyetir. Nanti Aku telpon balik sesampai di kantor ya Ma"

"Mama tunggu, kalau kamu tak telpon, Mamak nanti telpon kau" balas Mamakku
Segera kumatikan hp ku. Ku jalankan mobilku pelan pelan karena sudah mau sampai di kantorku.

"Pagi pak Andri" sapa rekan rekan karyawan yang berkumpul di parkiran menikmati rokok dan kopinya masing masing setibanya aku diparkiran dan keluar dari mobilku.

"Pagi....pagi....mantap ini pagi pagi rokok sama kopi" balasku dengan senyum.

"Ya pak boss, rutinitas pagi" sahut seorang karyawan.
Aku segera bergabung dengan mereka. Abeng segera memanggil OB untuk membuatkan aku kopi.
Untuk menghilangkan setress aku ngobrol ngobrol dengan mereka sebelum masuk.

"Tasnya pak boss, biar saya masukkan" OB yang membawakan kopiku menawarkan memasukkan tasku ke ruanganku.

Belum beberapa menit ngobrol dengan karyawan, Mamaku sudah nelpon lagi. Aku permisi meninggalkan mereka untuk menerima telpon.

"Ya Mak, ini baru sampai. Mamak tak sabar kali. Andri ini kerja Mak. Bukan ngurus pernikahan."

"Andri, anak Mama, Mamakmu ini cuma mengingatkan."

"Iya Mak. Nanti Andri telpon. Percuma Andri nikah kalau dipecat kalau begini. Pagi pagi sudah urusan perempuan"

"Penting juga bagi kau nak. Nikah itu penting"

"Tapi tidak sekarang Mak. Umur Andri juga masih muda. Belum tua kalipun buat kawin."

"Karena itu, segera lah kau kawin. Kalau sudah tua cammana mau kawin" Mamaku mencecar aku.

"Nantilah Mak. Masih banyak yang aku pikirkan"

"Apapula yang kau pikirkan? Kerja sudah bagusnya. Mamak kau ini, tak mau kau jadi laki laki membujang seumur hidup"

"Mak, nanti Andri pikirkan ya, sekarang Anak Mamak ini mau kerja. Udah ya Mak."

"Ya udahlah, tapi jangan tak kau pikirkan itu"

"Ya Mak, iya"

Uhhhhhh...nikah...kawin...kenapa pula orang harus kawin....
Apa perkawinan itu membawa semua orang bahagia?
Banyaknya kutengok keluarga, enam bulan nikah, cerai. Satu tahun, tiga tahun. bahkan sudah punya cucupun ada yang cerai.
Pusing aku dibikinnyalah.
Mamak...mamak....

ANDRI DAN KISAHNYA The End. ( GAYLOVE)Where stories live. Discover now