Bagian 42

289 19 3
                                    

Makan siang di Restoran hotel, aku hanya pendengar yang baik.
Walaupun sebesar apa cintaku sama dia, tapi rasa ragu masih menghantui aku. Takut sewaktu waktu, aku menyaksikan dia bersama yang lain.
Sewaktu kami sedang berbincang bincang menunggu pesanan kami, dua orang pria duduk disamping meja kami, padahal meja masih banyak yang kosong.
Reservasi?? Tidak mungkin, meja tidak ditandai.
Ekor mataku mengintip salah seorang menetap aku yang sedang berbicara menghadap mas Fian.

"Andri ada yang memperhatikan mu sayang"

"i'm with you rite now. I don't care. Aku fokus ke wajah kekasihku. Aku bukan sepertimu yang akan langsung tergoda" kataku melotot ke mas Fian.

"Ora maneh. Mung sampeyan. Aku ora pengin kowe lunga maneh. I never want it anymore. Only you."

"So, ojo omongi wong liya. You and me, enouhg." kataku

"Iya sayang. Aku akan berusaha menjaga mataku"
Makanan kami sudah datang. Kami menikmati nya. Sesekali aku melirik yang disamping kami. Dia main mata ke aku.
Pria berkumis tipis, wajah oriental.

Ampunnn itu orang. Sama seperti mas Fian tidak menjaga perasaan pasangannya.
Mungkin temannya bayaran, jadi dia tidak perduli.

"Mas makanya ala Tentara aja mas. Jangan kayak dokter gitu. Lelet. Gak betah nih" kataku.

"Iya iya...ini sudah mau selesai" kata mas Fian.
Ketika kami beranjak dari meja kami, sengaja tanganku kulingkarkan ke pingang mas Fian.
Dia memelototi kami hingga dibalik pintu, karena aku bisa melihat dari kaca dinding resto.

Sampai di kamar, mas Fian memberikan kaosnya untuk kupakai biar ada ganti.

"Mas Fian, aku langsung pulang ya. Kan sudah lebih dari dua menit. Kampung ku jauh"

"Andri, baru saja kita menikmatinya, tega sekali sayang mau ninggalin aku"

"Maunya mas Fian opo toh"

"Temani masmu semalam saja"

"Mas Fian tau kan, di resto aja ada loh mas. Mas bisa main dengan mereka. Kan hanya nafsu. Lakukan saja mas. Andri sudah ikhlas. Andri tidak ada rasa cemburu lagi"

"Masmu tidak ingin itu. Aku ingin kau. Semalam saja dalam dekapanku"

"Ditelpon, ngomongnya berikan aku dua menit, hanya memandangi wajahmu Andri sayang. Uhhhhh..sekarang jadi melebar jadi semalam. Iya udah Andri nginap, tapi besok pagi harus pulang"

"Iya Andriku. Masmu juga langsung cabut. Kita sama sama keluar besok. Aku ke Bandara cintaku ini ke keluarganya."
Kutelpon bang Andra memberi tau, besok pagi aku pulang.
Kubuka lagi semua pakaianku, kutinggalkan hanya celana dalam saja, aku rebahan di kasur.
Mas Fian langsung tiduran disampingku dan mendekapku.

"Mas mu mau bicara Andri. Boleh?"

"Boleh lah, dari tadi kita sudah bicara" kataku

"Aku tidak mau pisah dari kamu Andri. Sudah kurasakan sakitnya beberapa hari ini, ternyata kaulah cinta sejatiku. Seumur hidupku, ini pengalaman pertamaku, tidak bisa melupakan yang kucintai."

"Maksudmu piye toh mas. Lah wong aku arep pisah e, kan jauh mas."

"LDR. Masmu akan mencoba beberapa hari, kalau mas tidak sanggup, mas akan menuimu."

"Menemuiku? Kirain memutuskan ku mas. Andri pikir sebesar apapun cintaku ke mas, lebih baik kita cari jalan sendiri sendiri mas. Karena tidak akan ada yang tau apa yang kita lakukan selama tidak bertemu. Terutama mas Fian. Kalau aku,  sudah tahan uji mas."

ANDRI DAN KISAHNYA The End. ( GAYLOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang