Bagian 38

291 17 1
                                    

Malam itu diemper rumahku, teman temanku, memainkan gitarnya bernyanyi. Biasa di kampung ku soal gitar, catur dan biliyard anak mudanya pada ahli semua termasuk adekku Roy.

"Bang Andri mainkan dulu suara emasmu kawan. Rindu kali kami dengar nya." kata kawanku.

"Tapi suaraku tak bagus lagi lah kawan. Kucoba ya."

Nang pe naung muli ho ito hasian
Nangpe Dao ho sian au.
Anggo rohakku sai hot doi tuho
Sahat rodi na lao mate au.

...
...

Ketika aku menyanyikan lagu itu, warga yang mendengar malah keluar lagi dari rumahnya.
Kacauuu inii...

"Wahh...suaramu benar benar indah Andri. Kupikir kau tak mau lagi gabung sama kawan kawanmu ini" kata tetanggaku yang datang.

"Paman, kita itu hidup sama dimata Tuhan. Untuk apa membuat jarak. Aku rindu kampung ku ini. Rindu kawan kawan aku semua. Termasuk yang tidak suka sama Andri. Sebab tak ada artinya permusuhan"

"Hebat kau nak. Rupawan macam Ayah kau, hatinya putih. Kagum kami nengok kau Andri. Tidak sombong" katanya menepuk pundak ku.

"Terimakasih paman. Waktu singkat libur ku, akan kugunakan bertemu kangen sama warga kita paman."

"Ok teruskan nak. Silahkan"
Aku mengguk. Dan kami teruskan teriakan teriakan kami.
Sudah tradisi di kampung ku, baik di kedai atau dirumah bila ada tamu bisa sampai pagi. Tidak ada yang melarang.

"Roy, ambilan hp abang sayang" pintaku sama adekku.
Roy kembali dengan hpku ditangannya.
Roy sibuk dengan hp barunya yang aku beli. keluaran terbaru.

Sengaja ku hidup kan hpku. Sms berderet yang tidak kubaca. Kubiarkan begitu saja.

Dering hpku kubiarkan juga, karena aku sudah yakin itu dari salah seorang pria yang membuat aku kecewa.

"Bang Andri, angkat hpnya" Roy mengingatkanku.

"Biarkan saja Roy, ini sudah malam."

"Tak boleh gitu bang, mungkin penting" adekku menasehatiku.
Benar juga kata adekku.

"Hallo its me."

"Akhirnya diangkat juga"

"I'm phoning rite now, speak up please" kataku

"Andri, kau benar benar sudah di kampung?"

"Ora percoyo, nih denger suara kawan kawanku nyanyi" kuarahkan hp ku ke suara teman temanku.

"Have you heard it"."

"Ya ampun Andri, kau benar benar ingin melupakanku sayang"

"Yang benar, kau yang ingin menyingkirkan ku. Andri cukup tau diri saja mas. Tak guna mengharapkan dokter ganteng yang punya segalanya" Kataku setelah menjauh dari kawanku.

"Masmu tau, ini mungkin akhir dari hubungan kita. Aku hanya ingin bilang masmu ini masih mencintaimu"

"Cinta.....bagiku cinta itu sengsara mas. Jadi Andri mohon dengan sangat, jangan ganggu hidupku lagi. Aku ingin tenang"

"Iya Andri, tidak akan ku ganggu lagi. Masmu sudah sering membuat kamu sakit. Hanya perlu Andri tau, ribuan kali masmu telpon, hpmu tidak aktif.
Mas mau minta maaf sama kamu."

ANDRI DAN KISAHNYA The End. ( GAYLOVE)Where stories live. Discover now