Bagian 45.

295 17 0
                                    

Aku terpaku menatap koperku dalam dudukku diatas tempat tidur, betapa tidak, sedihnya hatiku tinggal beberapa jam lagi aku di rumah yang aku cintai.
Bayangan Ayahku hadir dalam pikiranku. Seakan dia hidup kembali.

Tak terasa air mataku menetes seketika. Ayah....gumamku.

"Bang kenapa menangis" tanya Roy yang tiba tiba masuk.

"Ayah, Roy, abang ingat Ayah..."

"Bang, Ayah itu pasti bahagia melihat bang Andri yang sudah sukses. Kuliah Roy, sudah bang Andri laksanakan sesuai titipan Ayah, bahwa Roy abang yang urus. Rumah? Abang sudah betulkan. Apalagi bang. Abang harus ikhlas"

"Bukannya tidak ikhlas sayang, hanya teringat saja"

"Besok jadi pulang ya bang. Cepat kali pun waktu berlalu."

"Masih ada besok, besok besok dan besok lagi. Kita akan jumpa lah. Walau suasana berbeda. Ujung tahun ini, kalau abang pulang harus direncanakan semua ah...ketar ketir abang."

"Itu semua karena apa yang ditanam ayah ke mereka. Disamping Mamak kita, baik ke semua orang bang"

"Itu dia, tau begini, waktu kita nginap dihotel kita belanja yang banyak dah."

"Tapi sudah lewat bang. Semua memuji abang. Abang sudah menanamkan arti cinta dan kasih sesungguhnya. Besok lihat saja pasti halaman rumah penuh buat nyalamin bang Andri"

"Enggak mengharapkan itu adekku. Oh ya jangan lupa buka rekening mu. Kalau sudah, langsung kirim ke abang. Biar Mamak sama bang Andra tidak repot ngantar ngantar ke tempatmu. Kasihan mereka"

"Iya bang pasti.

"Ongkos sama uang makanmu sebulan abang kasih nanti. Setelah rekeningmu di tangan ku segera abang transfer yang lainnya. Panggil bang Andra dulu sono, ada yang mau ku bicarakan" kataku.
Roy langsung memanggil bang Andra.

"Kenapa sayang, manggil abang" tanya bang Andra.

"Ini bang baju baju dan kaos Andri buat abang saja. Kalau Roy  kekecilan itu. Nanti buat Roy biar beli sendiri dia"

"Terus kamu gimana dekku"

"Gampang kalau Andrilah. Baju kerja Andri masih cukup. Biar bang Andra tidak dipandang sebelah mata sama cewe cewe, biar tambah ganteng" kataku disambut senyumnya.
Abangku yang selalu mendukungku mulai sepeninggal Ayah kami waktu aku masih SMA.

"Ini bagus bagus semua Andri"

"Iya ialah bang, manager masa baju bajunya lusuh, gak pantaslah" Roy yang menyeletuk.

"Sok tau kau Roy jelek" canda abangku.

"Jelek jelek juga adeknya bang Andri"

"Oh abang ini bukan abang kau hah" sergah bang Andra.

"Adek bang Andra juga heheheh" Roy terkekeh.

"Mamak kemana, tidak ku tengok dari tadi" tanyaku dimana mamak kami.

"Biasalah emak emak bang. Sudah senggang sikit langsung dah nyari kawannya" kata Roy

"Ya sudahlah, abang sudah selesai siap siap, besok tinggal berangkat. Coba kau tengok lagi Roy, masih ada yang tertinggal gak."

"Bang Andri tunggu" Roy menyingkap celana jeans ku ke atas.
"Ini kenapa bang. Dari kemaren Roy perhatikan, tapi tak ada waktu mau nanya"

ANDRI DAN KISAHNYA The End. ( GAYLOVE)Where stories live. Discover now