Bagian 36

296 20 0
                                    

Setelah keluar dari bandara, kucoba kuhidupkan hpku dan menelpon ke rumahku, memberi tahu aku sudah dibandara. Malam ini rencanaku, mau menginap, besok pagi aku baru ke stasiun ( stasiun dibaca terminal).
Mamakku begitu bahagia mendengar aku pulang.
Dalam hatiku, mamakku pasti sudah menyiapkan makanan kesukaanku. Ehhheeemmm...maknyussss.

Dengan menumpang Damri bandara, aku turun di hotel melati yang kebetulan terlihat mataku karena ada tulisan hotel disinari lampu. Maklum sudah malam sekali.

Dikamar hotelku, aku terpaksa mandi. Karena sudah terasa lengket semua dan baju putih ku sudah berubah warna agak kekuningan dan yang paling parah celana dalamku heheheh....jangan bayangin isinya ya....hahahahah.

Setelah mandi, dan pake kaos yang menunjukkan bentuk bodyku, aku keluar hotel mencari segelas kopi. Karena hotel tidak ada restonya.

Diwarung kopi 24 jam itu, kunikmati kopi dan rokokku.
Tapi maaf saudara saudara, tiba tiba ada 3 orang perempuan yang dandanannya menor seperti tv berwarna mendekatiku. Aku hanya diam. Bau parfumnya, maaf mau bikin aku mau muntah.

Aku tenang menghadapi rayuannya, yang membuat pemilik warung tekekeh kekeh, sepertinya ada diantara mereka bukan wanita tulen, tapi jadi jadian. Iiihhhh.....

Tangan mereka bermain di pahaku dan punggungku, mencium badanku. Kubiarkan aksinya, kalau kularang akan bisa menimbulkan keramaian.

Sisa terakhir kopiku kuteguk, dan aku permisi.

"Ganteng mau dong. Gratis gak papa. Atau aku yang bayar mas" katanya.

"Maaf bukan pria sembarangan" kataku berlalu.

"Mas...sombong amat dah" katanya.

"Perlu sekali sekali sombong mba, eh tante" aku masih kujawab.

Untuk apa mereka membayarku, kalau pekerjaannya mencari uang.....logikaku masih belum bisa aku repleksikan.

Masih didepan pintu kamarku, telponku yang kutinggalkan berbunyi.

"Haduhhh lupa mematikan hpku, jadi gini nih" aku berkata sendiri.
Kuraih hpku, Fian memanggil

"Hallloooo Cinta" suaraku menirukan sebuah iklan di tv.

"Andri, kau dimana?" tanyanya.

"Untuk apa bertanya, kan gak penting buat situ" jawabku kurang respon.

"Andri, maaf. Aku minta maaf."

"Hahahaha...kata kata itu tidak asing lagi kudengar. Ada kata kata lain enggak. Kalau tidak ada, aku matikan hpnya" kataku ketus.

"Andri, aku menunggumu, kau dimana?"

"Maaf pak dokter, aku sudah di kampung ku. Jadi maaf saja ya, kayanya tidak guna lagi menghubungi ku. Percuma"

"Sudah dikampung? Kapan berangkatnya"

"Sudah aku bilang gak guna lagi. Mau kapan berangkat bukan urusanmulah, urus saja teman kuliahmu yang tidak tahu kau kuliah di fakultas apa. Dasar pembohong." karena sudah mulai emosiku naik, maka kumatikan hpku. Kali ini bukan off lagi, tapi baterenya kucabut.
Biar moooodaaarrr sekalian.

ANDRI DAN KISAHNYA The End. ( GAYLOVE)Where stories live. Discover now