Bagian 48

302 18 3
                                    

Makanan yang dipesan Leon, saat makan malam di resto hotel lebih spesial. Tapi ada yang aneh, meja yang dipilih Leon, persis meja yang dipilih Mas Fian.
Entah makanan apa nama dalam bahas prancis itu, bagiku yang aneh aneh tidak masuk akal, nasi goreng atau mie goreng sudah cukup buat ku.

Saat makan, terulang lagi waktu mas Fian melamarku, harus pake pisau dan garpu.

"Leon, ini pasti ribet makannya. Kamu kan tau, abang biasanya makan di warteg, pake tangan, lah ini gak bisa abang. Pake sendok sama tangan aja ya" usulku.

"Gak papa bang, yang penting enjoy" sahutnya.
Selama makan, orang orang memperhatikan tingkahku makan memakai tangan.
Tetapi aku cuek.

"Leon, abang mau tanya"

"Tanya aja bang asal jangan, bilang berpisah"

"Belom ngomong sudah gitu. Abang mau ngomong apalagi"

"Emang abang mau ngomong kita pisah?" dia langsung menghentikan makannya.

"Eh..ehh...lanjut makannya. Siapa yang mau ngomong gitu"

"Barusan...."

"Kan kamu yang ngomong, emang abang sudah ngomong"
Dia menggeleng.

"Bang Andri sayangku. Leon sudah siapin lagi, sesuatu buat mengulang percintaan kita. Leon tidak akan bisa pisah. Biar jarak dan waktu yang misahkan, biar hanya sekali dalan sebulan, Leon sudah siap menerimanya. Jadi bang Andri makan aja dulu, enggak usah bicara apa apa. Nikmati bang"
Aku hanya bisa menutul nutul makananku setelah mendengar Leon bicara.

"Bang Andri, tidak suka ya Leon bicara begitu. Leon lakukan itu agar bang Andri bisa menahan niat untuk bilang Kamu bebas, cari yang kamu suka.."
Aku sudahi makanku, yang memang aku tidak terlalu suka.

"Kita ke kamar Leon. Abang penasaran apa yang kamu siap kan" kataku bangkit dari dudukku.
Sementara Leon membayar Bill makanan kami, aku lebih dulu keluar dari resto.

"Abang ngudut dulu ya. Kita keluar saja." kataku.
"Kau boleh bicara Leon, apa yang mau kau katakan. Abang sudah siap" lanjutku.
Leon menghela nafasnya dalam dalam.

"Perasaan yang pernah bang Andri rasakan, kini kualami bang. Terombang ambing. Kekuatan cinta kita, membuat Leon sengsara, setelah bang Andri cuekin Leon. Hari hariku, walaupun dimata istriku dan karyawan ku, aku terlihat biasa, tapi dalam hatiku hancur bang.
Tiap saat ingin menelponmu, tapi  aku takut abang marahi, dan itu akan membuat semakin jauh abang dari aku. Sudah aku coba seperti yang abang bilang, mencoba mengharap seseorang sebagai pengganti abang, tapi bayangan wajah bang Andri selalu hadir. Bang Andri lah cinta sejati ku. Makanya kusiapkan lagi, sesuatu untuk melamar bang Andri."

"Melamar aku lagi? Untuk apa?
Untuk permainan? Abang kira tidak perlu Leon. Setiap saat kau hadir, abang akan menerimamu, kapanpun itu, baik kau kasih kabar sebelumny atau diam diam. Sebab aku, tidak akan pernah lagi bermain main dengan hati. Tidak akan kau temui seorang pria di hidup ku Leon. Abang mau konsen, kerja dan hasilnya bisa buat kuliah adikku."

"Bang, bukan maksud Leon, membuat satu ikatan, hanya mau mengulang kembali yang pernah kita lakukan saat pertama kali jatuh cinta"

"Apapun itu, bagi abang tidak punya arti, karena suatu saat kau  ada jenuh nya sama abang. Abang tetap tidak mau mengekang kamu hanya karena sebuah ikatan. Kamu bebas, mau mencintaiku atau mencintai orang lain. Abang hanya welcome saja, kapanpun kau mau, abang selalu siap untuk kamu."

"Bang Andri tidak cinta lagi sama Leon ya"

"Leon, sayang. Dari tadi kamu tidak bisa mencerna omongan abang. Kapanpun kau mau, baik memberitahu sebelumnya atau diam diam, itu sudah menunjukkan bahwa aku masih cinta sama kamu. Tidak akan ada yang lain. Tidak akan kamu temukan seorang pria pun dalam hidup abang."

"Kata kata bang Andri membebaskan Leon"

"Aku tidak mau kau terkekang dengan kata Cinta. Aku tidak mau kau merasa bersalah seperti sekarang ini. Lakukan sesuai kata hatimu"

"Abang benar benar tak ada hati lagi sama Leon"
Aku ajak Leon masuk kamar, agar bebas berbicara.
Sampai dikamar, aku yang memeluknya sambil berbicara.

"Cinta itu tidak harus diucapkan sayang. Abang hanya tidak ingin merampas kebebasanmu. Suatu saat sayangku ini bertemu seseorang yang benar benar disukai, tapi karena ingat aku, kamu gagal melakukannya, bisa bisa kamu sumpahin abang. Bisa bisa kau maki maki aku dalam hatimu, semuanya karena abang. Aku tidak mau itu terjadi. Karena apapun yang akan kau lakukan hanya kamu yang tau."
Dia berjalan mengambil tas kecilnya, dan mengeluarkan benda didalamnya. Dia menunjukannya ke aku.

"Terus buat apa ini Leon beli"
Kalung emas itu ditunjukkannya.

"Simpan saja, kalau tidak kasih istrimu." kataku. Dia terduduk lemas.
"Sayang, itu hanya khiasan. Yang penting bukti tindakan kamu. Dengan hadirmu disini, abang sudah tau betapa besar cintamu ke abang.  Abang tidak bisa seperti kamu Leon. Karena Leon sudah tau abang."
Aku tidak tau apa yang di hati Leon saat ini. Dia belum bisa menerima kata kataku tentang memberi kebebasan kepadanya.
Tiba tiba Leon bangkit dan mencium ku dan memasukkan kalung nya keleherku.

"Leon....apa yang kamu lakukan"

"Abang diam aja. Jangan menolak."
Aku diam saja, ketika kalung itu sudah melingkar di leherku.
Aku ingat, mas Fian yang melakukan hal yang sama.
Tapi nyatanya apa...?
Tidak ada artinya pemberian pemberian....kalau memang cinta buktikan saja.

Leon menciumi aku, pelukannya erat sekali.
Dia membuka lagi kaos yang kukenakan. Menelanjangi aku. Dia menarik aku ke atas tempat tidur. Seperti kerbau dicucuk hidung aku menurut saja.
Kecupan kecupan mesra di tubuh ku, membuatku sedikit fly.
Tapi kuhentikan aksinya.

"Leon sayang, Cinta itu tidak melulu sex. Nanti juga bisa kita lakukan. Mau berapa kali yang kau inginkan"

"Leon tidak mau kehilangan moment ini saja bang"

"Dengan begitu benar kata abang, kau hanya mengumbar nafsumu. Maniak sex. Baru saja kita lakukan, sudah mau lagi. Inilah yang membuatmu melupakan aku sesaat Leon. Nafsu. Kebebasan yang kuberikan padamu, bisa kau laksanakan setelah hilang dari pandanganku."

"Maaf bang. Leon kira abang mau"

"Abang mau melakukannya tapi nanti. Kita baru saja makan. Kasih istirahat sebentar. Memang nafsumu dari dulu tidak berkurang ya. Pantas saja kau bisa...."

"Bisa apa bang"

"Enggak ...."
Aku bertekad memberi kebebasan sama Leon. Tidak ada cinta cintaan lagi. Kalau dia datang akan kulayani. Tapi tidak untuk membicarakan cinta lagi.
Cukup sudah bagiku.
Aku ingin menuntaskan kuliah adekku. Aku ingin membahagiakan orangtuaku. Membahagiakan abangku.
Aku tidak mau. suatu saat ketahuan dengan mengumbar nafsuku.
Akan ku jaga itu. Demi orang yang aku kasihi.

******

ANDRI DAN KISAHNYA The End. ( GAYLOVE)Where stories live. Discover now