Bagian 37

311 16 1
                                    

"Roy, Mamak kan selalu telpon bang Andri supaya cepat nikah. Abang bilang, aku masih ingin bahagiain kalian. Kalau abang nikah, kau tak akan bisa minta apa apa lagi dari abang dengan cepat memberikannya. Tentu seijin istri abang. Tapi kalau kau sudah selesai kuliah, baru abang pikirkan kesana. Gimana menurut pendapatmu. Sebagai sahabat saja, bukan sebagai kakak adek"

"Kalau Roy, jangan nikah dulu bang. Roy masih ingin seperti ini. Mendapatkan kebahagiaan dari abang kandungnya sendiri. Minta  apa nanti tinggal telpon"

"Maksud abang juga begitu. Kepulangan abang ada kaitannya  dek, soal pernikahan. Mamak maunya aku nikah sama si Arthi"

"Jangan bang, Roy belum setuju sebelum kuliah Roy selesai."

"Ok. Kamu dukung abang nanti ya" kataku ke adekku.
Kubayangkan besok dikampung pasti ramai.

Aku dan adekku si Tampan Roy, ngobrol ngobrol tentang kuliahnya yang aku support. Tentang perjuanganku hingga bisa sampai sekarang. Tentang bang Andra. Tentang keluarga kami.
Kuundang juga adekku, liburan semester nanti datang mengunjungi aku.

*****

Dinginnya udara, didaerah pariwisata yang kami lewati, membuat adekku sedikit menggigil. Kupeluk dia dan kucium rambutnya. Orang yang melihat kami ada yang heran dan ada yang terharu.

Kuambil jaketku dari tasku, ku pakai kan untuk dia.

"Sini, tidur sini adekku. Abang akan jagain kamu" kataku.
Adekku si Tampan Roy meletakkan kepalanya di bahuku, tangan kananku merangkulnya.

"Adek kau ya bang" seorang lelaki dan wanita disampingya menyapa aku.

"Iya bang. Adekku satu satunya. Yang bontot" kataku.

"Sayang kali kau bang sama adek kau. Tak ada lah orang kita macam itu" katanya lagi karena heran melihat aku begitu sayang sama adekku.

"Kami lama enggak bertemu bang. Aku kerja di Jawa, adekku kuliah di sini. Kemaren kami bertemu di stasiun"

"Ohhh...betul betul berkat Tuhan ya, bisa jumpa tanpa janji"

"Amin. Emang semua kuasa Tuhan bang"

"Tampan kalian. Macam orang orang sana"

"Terimakasih bang" aku menyenderkan diriku ke jok mobil memandang keluar.
Adekku benar benar tidur, kucium lagi kepalanya, kubisikkan, 'Abang sayang kau adekku"

Akibat dinginnya cuaca, akupun ikut tertidur.

Pukul 11 lebih, supir kami berseru mengajak makan di warung nasi yang berjejer di pinggir jalan di dekat perkebunan warga.

Kubangunkan adekku, dia mengira sudah sampai

"Belum sampai dek. Makan siang dulu. Ayo...kita makan" kataku mencium kepalanya.
Kami keluar dari mobil menuju rumah makan.

"Dek, pilih yang kamu suka. Jangan kaya kemaren."

"Iya bang iya."
Adekku masih sibuk memilih menu makanannya. Aku berbisik mau ke toilet.

Waktu di toilet, aku buang air kecil ditempat yang terbuka.
Saat aku asyik buang hajat, supir kami berdiri disampingku.
Aku pura pura tidak melihat. Dia memperhatikan kontolku.

"Besar kali bang punyamu" bisiknya.

"Biasa saja bang. Sudah dari sana nya"

"Bang, mau tidak kalu aku pegang" katanya penuh nafsu.

ANDRI DAN KISAHNYA The End. ( GAYLOVE)Where stories live. Discover now