Bagian 29

327 21 1
                                    

Suara music instrumen mengalun lembut dari tape mobilnya Leon ketika kami menuju tempat yang dia mau.
Sekali sekali aku yang memandangi wajahnya, sekan tak percaya aku bersamanya.
Tadinya aku berharap dr. Fian bisa menggantikan posisinya.

Terbayang wajah polos dr. Fian di mata ku, memang tidak bisa menilai orang dari fisikinya.
Sama seperti aku, bisa marah dan beringas disaat hatiku diusik.

Kumiringkan posisi dudukku, kusentuh pipi Leon, kusapu bibirnya dengan ibu jariku.

"Bang Andri...." sapa nya, memegang tanganku dengan tangan kirinya.
"Katakan bang, bang Andri masih mencintaiku" katanya.

"Leon, biarlah hati ini yang bicara. Sebab percuma bibir yang menyatakan"

"Bang, Leon tau, bang Andri masih menginginkan ku. Jarak yang jauh, Leon akan coba memperpendek bang. Tidak masalah bagi Leon, bertemu sekali dalam 2 bulan, atau 1 bulan kalau tidak bisa 1 kali seminggu"

Aku hanya tersenyum mendengar Leon berkata begitu.
Apa mungkin?? Masih dalam pacaran saja dia bisa berpaling.

"Leon, kita jalani dulu beberapa hari tersisa Abang disini ya sayang. Bang Andri tidak mau gegabah."

"Tapi Leon, akan tetap menunggu bang"
Saat ini, suatu hal yang bikin aku salut sama Leon, dia tidak pernah bertanaya, siapa dr. Fian, kenapa dia berada menghalangi kami waktu keluar dari kantorku.
Dia mungkin sudah tau, tapi takut aku marah lagi.

"Hotelmu Leon?" tanyaku ketika aku tau sedikit lokasi itu.

"Iya bang, kemaren itu kita gagal.
Kalau sekarang, Leon tidak biarkan abang pergi. Biarkan hp abang tetap of."

"Kamu benar benar ingin Leon"

"Akan kulahap semua tubuh abang."
Aku tersenyum mendengarnya.
Atau sebaliknya Leon....aku yang akan membuat kau kelelahan.

"Ayo bang kita masuk" kupandangi usaha si pengusaha muda Leon, aku kagum padanya.
Ketika kami melewati Lobby, orang yang disana memperhatikan kami.

"Selamat siang pak" sapa karyawannya ke Leon.
Leon hanya tersenyum menjawabnya menuju kamar pribadinya.

Didalam kamar, Leon menelanjangi aku seperti anak kecil yang hendak mandi. Leon benar benar merindukanku. Disaat berdiri atau tidur, tubuhku habis dicat dengan bibir dan lidahnya. Ciuman demi ciuman dan sentuhan pada barang sensitif kami, membuat dia menyuruh aku segera menuntaskan haratnya.
Ruang ber ac itu tidak mampu meredam keringat kami.
Kami mendesah, meracu hingga akhirnya kami berada puncak kenikamatan.

"Bang Andri tambah hebat mainnya" puji Leon tiduran didadaku seperti dulu dia selalu lakukan.
Kubelai rambutnya, tanganku dipegang di dadanya. "Leon ingin, tetap seperti dulu lagi bang. Walaupun itu tidak rutin kita lakukan"

"Seperti yang abang bilang sayang, kita jalani dulu beberapa hari ini" kukecup kepalanya.

Aku masih berpikir logis, bila aku menerima Leon kembali, akan menimbulkan prasangka nantinya.

Seharusnya aku tidak boleh egois, seperti kalau dia pacarku, akulah pemilik dia seutuhnya.
Dia juga punya hati, disaat kesendiriannya tentu ingin menyalurkan libidonya.

"Ehhh Leon, jadi percintaan yang kita bahas. Itu rumah kontrakan ku, piye iku"
Leon menggeser tubuhnya, malah menciumi aku, memelukku erat.

ANDRI DAN KISAHNYA The End. ( GAYLOVE)Where stories live. Discover now