Bagian 35

298 16 0
                                    

Aku sengaja tidak ke hotel, sampai sore hari. Kubiarkan mereka bebas untuk melakukan apa keinginan mereka. Sesalnya aku, tasku tidak kubawa tadi sekalian. Soal sewa hotel yang telah aku deposit, tidak masalah bagiku.

Rumit jadinya, kacau semua. Amburadul.
Mau senang senang saja ya kok malah bubrah....

Bosan di warung kopi, aku naik becak dayung ke arah jalan yang terkenal Tempat turis belanja.

"Mas disini saja mas"kataku ke mas pembawa beca dayungku.
Kuberikan lebih dari ongkos yang dia minta. Aku merasa kasihan, karena begitu jauh tapi, harganya sangat tidak masuk akal. Murah....

Aku sengaja jalan kaki, dari ujung ke ujung, dan balik lagi menyusuri sebelah jalan seberang. Sekali sekali aku mampir di toko baju batik hanya sekedar lihat lihat.

Menjelang malam, dengan kaki yang sedikit lelah, aku makan di warung lesehan yang ada dipinggir jalan.
Suara khas gitar pengamen, memberiku sedikit hiburan, karena lagu yang dibawakan aku tau. Bahkan aku ikut bergabung bernyanyi sama mereka.

"Mas suarane apik teman mas." katanya mengomtari aku habis bernyanyi.
Pengunjung di warung itu malah mereques lagu kesukaannya, yang ku nyanyi kan.
Lumayan uang kami dapatkan dari mereka, yang ku ikhlaskan.

"Mas sepertinya bukan orang sini ya" tanya pengunjung

"Bukan mas, aku dari daerah****. Aku hanya jalan jalan saja kesini" kataku
Perempuan yang disebelahnya memperhatikanku dengan tatapan tidak lepas.

"Sampeyan sendirian?"

"Tidak mas. Tadi teman saya tidak mau ikut. Sayang moment begini dilepaskan."
Ada lagi pengamen cilik datang dengan cekrek cekrekan ditangannya. Rambut lusuh, dan wajah penuh cemong seperti tak terurus.
Sepertinya aku harus tinggalkan warung makan ini, pikirku.
Kuberikan ke bocah itu, uang lembaran 5 ribu dan aku pamit sama pengunjung dan yang punya warung.

"Begini nih, kalau kita tidak punya tujuan. Mondar mandir tak tau arah." kata bathinku.
Hanya menghindari seorang yang bikin cemburu, aku rela cape' begini. Asuuuuu....asuuu...

Daripada gak ada hasil lebih baik beli batik lah....pikirku.
Kumasuki toko batik, yang menjual batik terkenal.
Setelah, melihat lihat, kubeli yang lengan panjang.
Kulihat jam tanganku pemberian Leon, sudah pukul 20 lebih.
Kuputuskan kembali ke hotel. Dengan naik taxi.

******

Dihotel aku tidak menemukan mereka, karena memang kuncinya aku bawa.
Mampussssss kau Fian....
Aku tidak tau bahwa kunci aku yang bawa.
Tapi seharusnya bisa minta dibukakan sama petugas hotel dengan duplikat.
Ini sebenarnya mereka ke rumah pria itu atau kemana"

Kurebahkan diriku, melepas lelahku. Mandi nanti saja.
Aku tertidur hingga pukul 24 tengah malam. Terjaga dari tidurku karena sudah puas aku tidur.
Aku bangkit dari tidurku menuju coffee shope hotel. Duduk sendiri menikmati minumanku.
Seorang pria mendekatiku. Umur 50 an, stadard wajahnya, uban sudah di kepalanya.

"Hai mas, sendirian ya....boleh gabung?" tanyanya tapi sudah nemplok di kursi duduk di depan ku.

Ini orang tua, minta izin gabung, belom dijawab sudah duduk.
Dia menanyakan kamar hotel ku, dan mengajak ngobrol di didalam hotel yang langsung kujawab membuat dia pindah.

"Maaf mas, sampeyan Gay? kalau ya, mas salah alamat. Seandainya aku Gay, mas bukan type aku. Jadi mas menjauh dari aku" ketus sekali aku berkata

ANDRI DAN KISAHNYA The End. ( GAYLOVE)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon