Bagian 6

609 28 13
                                    

Sudah satu minggu aku terbaring di rumah sakit. Aku belum pernah menghubungi Leon. Aku biarkan dia dengan segala inginnya. Dan ketika Mamaku menelponku, menanyakan maksud hatinya, selalu kujawab masih sibuk. Ketika aku terpojok kehabisan akal untuk mengelak kujawab Mamaku

"Ini kan mau libur Mak, nanti dikampunglah kita bicarakan ya. Sekarang ini Andri masih sibuk sekali kataku untuk meredam keinginan mamaku.
Tidak kukabarkan aku kecelakaan, takut Mamaku khawatir keadaanku

*

Dengan memeriksa pekerjaanku,  pikiranku tidak bercabang lagi memikirkan orang orang yang hadir dalam hidupku.
Fokus ke kerjaanku. Tiba tiba aku terperangah...

"Andriiiii.....Mengapa bisa terjadi anakku" Direktur ku dan manager keuangan dan manager marketing pusat ternyata datang, membuat aku kaget setengah mati.

"Paaak booosss...." Direktur ku memelukku sambil menangis.

"Maaf Andri, tidak sepantasnya bapak berlaku begini. Ada alasan bapak melakukannya Andri. Ini,
kau mengingatkanku kepada anakku yang meninggal karena kecelakaan. Dia mirip dengan kau Andri.( sambil menunjukkan foto anaknya). Kupandangi foto yang didalam dompet itu. Aku bergumam " Ya Tuhaaaaan". Kupandangi wajah Direkturku.

"Dia kecelakaan motor seperti kau Andri, bedanya dia pergi untuk selamanya meninggalkan kami" pak Direkturku mengusap air matanya. Aku terbawa kesedihan, hingga aku pun menangis. Kusingkirkan berkas berkas dihadapanku.  Tak segan segan lagi, kupeluk pak bossku. Aku menangis. Ku lepas pelukanku karena Pak bosss ku mulai bercerita. Aku fokus mendengar cerita pak boss Direkturku.

"Dia mirip sekali sama kau Andri. Makanya ketika kau datang melamar, berkasmu Bapak yang pegang. Dan ketika selesai traenee, kamu yang dipilih pak Tanto manager marketing dan juga manager keuangan, untuk memegang di sini,  hatiku bahagia sekali. Karena bapak pun menginginkan mu waktu itu. Itu karena perpaduan kepinteranmu dan miripnya kau dengan alamarhum anakku" sesekali pak Direkturku menyeka keringat dan air matanya walaupun ruangan ber AC.

"Mendengar berita kau kecelakaan, bapak langsung menghadap foto anakku, aku menangis. Bapa merasa kau akan cacad atau apa, tangisku makin menjadi"
Aku makin menangis mendengar cerita pak Bossku, demikian juga ke dua managerku di pusat.

"Bapak datang kemari khusus menengok kau Andri. Kau adalah anakku"pelukan Ayah terhadap anak kurasakan saat itu. Dan aku terbayang Ayahku. Bedanya, Ayahku yang meninggal waktu aku masih SMA.

"Andri masih sehat pak. Andri masih bisa bekerja." kataku masih berurai air mata.

"Ya anakku, Bapak bangga sama kau Andri. Dalam keadaan kesakitan pun kau usahakan bekerja. Bapak salut"

"Ya bang Andri. Harusnya kau istirahat dulu. Kerjaan tidak akan ada habisnya" pak Tanto mengingatkanku.

"Baiknya kau gunakan istirahat total Andri."Manager keuanganku menyarankan.

"Masih bisa kok pak kerja. Andri dan pak Berto meeting diruangan sini. Andri yang minta. Biar bagaimanapun perusahaan harus tetap jalan." kataku menghargai usulan mereka.

"Kira kira berapa lama nak, kau disini" pak Direkturku dengan ke bapakannya mengelus rambutku.

"Kata dokter pak, sampai kering kulit yang ngelupas kena aspal" kataku sambil menunjukkan perban kakiku.

ANDRI DAN KISAHNYA The End. ( GAYLOVE)Where stories live. Discover now