Bagian 7

550 25 5
                                    

"Andri....Andri sayang, apa kamu baik baik saja?" suara mas Xavi membuyarkan lamunanku.

"Iya mas, Andri baik baik saja. Andri hanya berfikir, orang yang paling aku cintai bisa berlaku begitu sama Andri" kesedihan dimataku membayangkan kemesraan kami selama ini, membuat air mataku mengalir dipipiku. Tangisku kutahan dengan isak perih hatiku.
Orang yang kucintai, tak perduli sama aku, hanya karena sepatah kata Pernikahan.

"Andri sayang, tenangkan hatimu. Semua akan baik baik saja" mas Xavi menciumi kepalaku memelukku erat.

"Mas Xavi tidak cemburu liat Leon tadi mas" kataku melap air mataku

"Andri, pria setampan dan seganteng kamu, mustahil tidak punya pasangan. Cuma masmu ini, hanya bisa menebak nebak, pria atau wanita. Karena selama disini tidak ada seorang wanita atau pria yang mendekati kamu. Makanya kuberanikan diriku mengatakan aku ingin dekat sama kamu"

"Terimakasih masku mengerti. Ini lah sebabnya mas, Andri tidak bisa langsung jawab permintaan mas Xavi. Andri takut ada yang tersakiti. Andri tidak gampangan mas.  Sejak SMP, masuk SMA Andri punya pacar semua punya kelas mas Xavi. Bahkan waktu kuliah, seorang pengusaha menawarkan apartemen nya untuk Andri tinggalin. Kartu kredit dan semua fasilitas diberikan. Tapi Andri kembalikan semua, karena hanya manis di bibir saja. Kebohongan, Andri tidak bisa terima. Karena, kalau Andri mencintai seseorang cukup satu cinta itu saja mas. Istilahnya Setia"

"Andri, masmu ini cukup mengerti arti sebuah penghianatan. Cukup paham arti tersakiti. Mas bisa lihat dan tangkap dalam pembicaraanmu, setiap masmu ini ngomong soal hubungan. Makanya masmu tidak memaksa. Terserah Andri maunya yang terbaik.
Kalau boleh tau, sudah berapa lama kalian berhubungan?"

"Waktu aku masih kuliah mas. Ayahnya banyak bantu Andri. Andri kuliah membiayai sendiri mas, dengan kerja sales, karyawan kontrak dan macam macam pekerjaan aku lakukan demi tercapainya cita citaku. Saat kerja itulah Andri banyak mengenal pengusaha. Leon aku kenal waktu dia mau menikah, aku jadi pendampingnya. Aku dipanggil ayahnya ke rumah waktu itu. Tapi dia sudah jatuh hati pada saat melihat aku. Kami melakukannya pada malam pertemuan pertama kami. Sejak saat itu, dia sering menemuiku walau harus mengeluarkan tiket pesawat pulang pergi. Dia bersumpah akan bunuh diri kalau Andri tinggalin. Eh malah sebaliknya mas, nyawa Andri yang hampir melayang"

"Ada rencana balikan sama dia? Atau kalau dia yang mau balik, gimana sayang"

"Andri mau nanya sama mas. Jujur aja jawabnya. Kalau Andri balikan sama dia, gimana kira kira"

"Andri, jangan buat masmu yang bunuh diri dong"

"Seumpama mas, aku balikan sama Leon, apa mas masih mau menemui aku"

"Masmu ini nomor dua, gitu maksud Andri? Masmu berusaha yang nomor satu Andri, biar dia yang menemui kamu"

"Tidak gampang melupakan Leon mas."

"Gimana ya Andri, Aku ingin memiliki kamu seutuhnya tidak berbagi"

"Mas Xavi, baru kenal dengan aku sudah berkata begitu mas. Sedangkan yang sudah bertahun tahun kami jalani, belum seutuhnya aku mengenalnya.
Inilah yang sering Andri alami mas. Sakit dan sakit lagi. Sebab Andri sudah tidak percaya sama pria penyuka sejenis. Dimana tempat, kalau dia suka, karena dia punya uang bisa membeli pelampiasan nafsunya. Karena aku orang yang setia mas. Setia pada satu cinta"

"Maksudmu kamu takut kalau aku berbuat begitu"

"Betul. Selama di rumah sakit ini, aku mencoba menyelami pribadi mas. Andri belum menemukan seutuhnya, mas pria type nafsu apa cinta. Kalau Andri lebih baik hidup sendiri tanpa cinta orang lain mas"

"Masmu tidak bisa berkata apa apa lagi Andri, kamu sepertinya lebih lihai menilai."

"Andri hanya ingin kita jalani saja dulu. Karena kesetiaan itu mahal harganya mas. Bisa saja Andri yang tergoda suatu saat, mas bisa timbul sakit hati lalu benci."

"Andri mau menjalani hubungan seperti itu sama mas?"tanyanya

"Iya mas. Andri juga suka sama mas. Andri tidak bisa membohongi diri Andri" padahal aku bohong sebenarnya. Aku tidak suka.
Mas Xavi memelukku dan menciumi aku.

"Iya masmu ini mau Andri. Mas akan berusaha untuk tidak berpaling. Mas akan mencoba fokus ke kamu dan memperhatikan semua keperluan kamu."

"Terimakasih mas. Kalau mas mau seperti itu"

"Mas suka sama kau Andri. Dari kemaren Mas ingin mengungkapkan perasaan mas.Setelah berhari hari disini, mas semakin menyukaimu. Bukan sekedar menyukai kamu karena ketampanan kamu. Tapi pribadimu yang punya harga. Aku rasa rasanya ada getar tersendur Andri. Aku ingin selalu dekat denganmu"

"Mas, cinta dan dusta itu tipis bedanya. Mas cukup menunjukan seberapa suka mas sama aku. Mas kan tau, Leon itu juga dulu berkata begitu, nyatanya?"

"Andri sayang, mas akan berusaha untuk itu."

"Asal mas tau ya, Leon yang mengeluarkan biaya kontrak rumah yang kutinggali sekarang selama tahun. Katanya demi cinta. Ini baru jalan tahun ke dua. cintanya ke aku berarti bukan 5 tahun. Putus ditengah jalan"

"Ok Andri, kita jalani saja dulu. Masmu harus pergi. Nanti malam Mas datang lagi, dengan cinta"

"Maaaas...maaas...bisa saja rasa sukamu berpindah dan melayang ditengah jalan mas. Lihat pria yang mas suka juga ludes tuh sayang. Ya udah Andri tunggu, pelukan hangat mu mas"

Sepeninggal mas Xavi, tiba tiba Leon masuk. Ternya dia masih menunggu di luar sampai mas Xavi kuar. Dengan sisa sisa air mata yang dipipinya mendekati ku.

"Stop. Kalau mau bicara disitu saja. Jangan mendekat. Katakan apa yang mau kau bicarakan"

"Bang Andri, maafin Leon. Maafkan membuat abang jadi begini."

"Percuma Leon, sudah terjadi. Abang masih bersyukur, nyawaku tidak melayang. Hanya karena kata pernikahan kamu bisa berubah. Liat...apa aku sudah menikah. Kau itu egois Leon. Egois sekali. Harusnya kamu berkaca, kamu itu single atau married. Tapi abang bisa memaklumi. Abang setia sama kamu. Disaat abang berbicara pernikahan kamu menjauh, berbicara aja aku harus menunggu waktu"

"Pikiran Leon, akan kehilangan bang Andri"

"Benar benar terjadi kan. Aku tidak mau lagi sama kamu. Aku pikir pacaran itu bisa jadi teman berbagi, nyatanya tidak. Untuk apa"

"Maaf kan Leon bang. Leon tidak mau abang tinggalin. Leon mendengar tadi Abang masih cinta sama aku"

"Yang ninggalin siapa?
Mohon maaf Leon, aku mau istirahat. Sebentar lagi mau ada pemeriksaan. Silahkan tinggalkan aku. Soal biaya kontrakan, nanti setelah saya pulang dari rumah sakit kita bicarakan"
Kubelakangi Leon, menghindari tatapannya. Aku takut luluh.

"Bang Andri, Leon masih mencintai abang. Tapi kalau karena Leon, abang hampir meninggal, Leon mundur bang. Leon pergi dulu. Ku titipkan cintaku, jaga cintaku dihati abang"
Mendengar kata kata Leon, aku menangis. Tidak kuat aku mendengarnya.
Tak bisa kubantah, kami saling mencintai. Tidak seperti pria pria yang datang kepadaku menyatakan cinta tidak ada kesetiaan. Leon pria yang paling setia dalam kehidupan sejenis ku. Dia rela terbang jauh hanya karena rindu ingin menemuiku.
Aku sangat mencintainya. Kini, aku harus rela melepaskannya. Cinta yang dia titipkan, akan ku tempat kan dibagian terdalam sanubariku. Cintanya telah merubah hidupku. Akan kuukir, dan kuhiasi disepanjang perjalanan cintaku. Perbandingan cinta akan menjadi tolak ukur bagiku untuk menerima Cinta orang lain.
Mas Xavi? Aku belum ada rasa mencintai, hanya sekedar suka itu juga karena hutang budi.

Tidak seperti Cintaku kepada Leon dulu pertama kali bertemu. Getar hati ini langsung mencuat. Itu belum ada ketika Mas Xavi menciumku. Masih tidak sebanding dengan cinta Leon.

*****

ANDRI DAN KISAHNYA The End. ( GAYLOVE)Where stories live. Discover now