Bagian 16

382 28 1
                                    

Taxi yang kutumpangi sudah mendekati rumahku. Ku minta sama supir taxinya pelan jalannya melewati rumahku, agar aku bisa melihat ada orang apa tidak diteras rumahku, atau mobil atau motor yang bertambah di halaman kontrakanku.

"Setop mas. Disini saja, biar aku jalan sedikit" kataku sambil menyodorkan ongkosku. Segera aku masuk rumah dan kukunci rumahku, kumatikan lampu terasku. Aku masuk kekamarku dan merebahkan diriku dikasur.

"Untuk apa bidup bersama kalau tidak saling jujur. Maksud hati minta kejujuran, malah dimusuhi" gumamku.

Lebih baik hidup sendirlah kalau begini....
Seketika luntur rasa cintaku sama mas Fian. Enggak gua banget...
Khayalanku membawa aku kealam bawah sadarku hingga tertidur.

*****

Aku mencoba menyetir sendiri mobilku pagi itu berangkat kerja. Ternyata sudah tidak begitu sakit lagi kakiku. Aku tertawa sendiri.
Ok, this is my life...i will enjoy whatever i want...
Kusetel musik lembut di tape mobilku, kunikmati perjalanan ke kantorku.

Sesampai dikantor, sapaan mba Sri yang medok menyambutku.

"Sekamat pagi pak Boss"

"Pagi mba... ada surat surat untuk aku mab Sri manis" sapaku

"Untuk sementara belum pak boss"

"Oh ya mba...hari ini bapak tidak terima tamu. Karena sebentar lagi aku mau ada meeting di luar. So....mba tolong jangan bilang aku dimana. Paham dah mba Sri"

"Iya pak boss."
Aku masuk ruanganku dan hanya duduk sebentar dan pergi lagi.
Tujuanku kali ini, pijat reflexy dan urut tradisional.
Meluncur.......

Sambil berdendang mengikuti irama musik di dalam mobilku, sesekali kulayangkan pandanganku keluar jendela mobilku.

Sampai ditempat reflexy, disambut Selamat pagi petuhasnya dan bertanya mau pijat atau teflexy.

"Pijat tradisional dulu ya mas" langsungbkubayar untuk 2 jam.

"Ke lantai dua mas"
Aku menaiki tangga menuju lantai dua. Aku dibawa ke ruangan yang kosong buat dipijat.
Saat aku melelepaskan pakaianku, aku mendengar suara dibalik gordyn pembatas kamar pijat.

"Suara mas Xavi...." gumamku. Siapa teman bicaranya semakin kudekatkan telingaku, tak salah lagi dokter Fian.

"Kenapa gak praktek ya...." tanyaku makin penasaran.

"Tengkurap dulu ya mas" perintah peminjat ku.
Aku menuruti perintahnya tanpa bersuara.

"Mas kaki kiriku tidak usah dipijat ya, masih terluka" bisikku

"Ok mas. Sip" jawab tukang pijatku.
Aku berusaha memasang telingaku ke arah suara mas Xavi dan dokter Fian.

"Mas tau gak kemaren, aku berhasil membalas dendammu mas, si Andri pulang sendir naik bus. Tadinya sih sampai di kawah, mau aku tinggalin dia disana. Tapi memang pintar itu si Andri."

"Harusnya mas Fian pura pura ngalah, terus bawa di ke kawah. Tingalin dia disana.  Biar tau rasa dia."

"Tapi kasihan juga mas. Baru kecelakaan gitu."

"Biar mampus dia. Sombong sekali, tak tau diri. Sudah ditolong"
Semakin panas kupingku mendengarnya. Aku tersulut emosi, kubatalkan pijatanku, kupakai pakaianku. Segera kutemui mereka.

ANDRI DAN KISAHNYA The End. ( GAYLOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang