10. Sepuluh

376K 59K 14.9K
                                    

Happy reading ❤️
Half devil, half goddess!
~Calista🔥~

****

Calista melotot garang kepada Al saat tak ada pergerakan. "MASUK MOBIL ATAU GUE TAMBAH LUKA LO?!"

Tetep tak ada pergerakan dari Al membuat Calista langsung menendang kaki cowok itu kuat hingga tubuhnya oleng karena memang kepalanya pusing faktor darahnya sudah terkuras banyak. Untung Bara gesit memeganginya hingga Al tidak jadi jatuh.

"Lo gila?!" sentak Bara tidak terima Al ditendang seperti itu. Calista lalu merebut paksa kunci mobil dari tangan Bara.

"Paksa temen lo masuk." Calista memerintah, ia yang ingin menyetir. "Satunya sadboy, satunya lagi crazyboy."

Bara tertegun. Calista bahkan tahu itu dibalik sikap dinginnya. Bara bergelut dengan pikirannya sampai tak sadar Calista sudah masuk mobil. Cewek itu ada di bangku kemudi sambil tangannya memencet klakson berulang kali.

"Lo bertiga handle orang-orang yang luka. Sama ngadep polisi, bicara seadanya," pesan Bara kepada ketiga temannya lalu menuntun Al yang sudah diambang batas kesadaran untuk masuk mobil.

****

Calista cewek gila, itu yang ada di pikiran Bara dan Al mulai sekarang. Dengan santainya Calista kebut-kebutan di jalan tanpa rasa takut seperti hal itu sudah biasa dilakukan. Cewek itu benar-benar berbeda. Perilaku yang seperti lelaki atau bahkan jauh lebih ngeri daripada laki-laki.

"Al mana?" tanya Calista ketika Bara keluar lagi dari ruang rawat lalu duduk di sampingnya.

"Lagi dijahit punggungnya."

"Emang sampe robek?"

Bara mengembuskan napasnya lelah. Ia malas menanggapi pertanyaan Calista lalu mengodenya untuk masuk saja ke ruang rawat daripada bertanya.

Calista yang penasaran lalu masuk ke dalam. Al telanjang dada menampilkan perutnya yang kotak-kotak dalam posisi duduk, dengan dokter yang sedang menjahit luka di punggungnya. Darah di tubuh Al juga sudah dibersihkan, infus juga sudah terpasang dipergelangan tangannya. Tadi juga Al langsung mendapatkan donor darah.

"Perasaan tadi mukulnya pake besi? Kok sampe robek?" tanya Calista penasaran kepada Dokter bernama Reno itu. "Harusnya kan cuman lebam. Dasar lemah!"

Reno tersenyum tipis. "Kamu nggak tau dia punya luka tembakan? Luka tembakannya belum kering malah dihantam sama besi. Robek lebih lebar," jelas Reno sambil fokus menjahit kulit Al.

Calista syok. Rasanya pasti begitu sakit ketika luka yang masih basah sudah dihantam dengan besi lagi. Calista tahu, pukulan tadi sangat kuat, tapi Al hanya meringis pelan. Kagum, satu kata itu yang mengisi otak Calista sekarang tentang Al. Tapi kekaguman itu hilang begitu saja mengingat betapa jahatnya Al.

"Al lo-" Ucapan itu terhenti ketika Al tiba-tiba menarik tangan kanan Calista lalu menggigit jari telunjuknya sembari berdesis. Mata Al pun memejam seperti menahan rasa sakit.

Calista sudah ingin mengomel tapi perintah Reno menginterupsinya untuk tetap membiarkan jarinya digigit.

"Shhhh," desis Al menahan rasa nyeri. Ia melepaskan gigitannya di jari telunjuk Calista karena sepertinya jari itu sudah membengkak. Al menggigit bibir bawahnya sendiri menahan rasa sakit ketika jarum itu ditusukkan kembali. Sakit ... tapi Al menikmatinya.

"Sini," titah Al.

"Ogah." Calista membalas jutek.

Al menarik Calista dengan tangan kirinya. Setelah jarak begitu dekat gigi Al menggigit bahu Calista kuat-kuat. Tapi anehnya, Calista tak bereaksi apapun. Tak ada kesakitan malah kekehan yang Al dapat.

LAVENDER Kde žijí příběhy. Začni objevovat