36. Tiga enam

371K 59.8K 155K
                                    

Teruntuk orang yang INGIN plagiat atau SUDAH Plagiat cerita ini, segera dihapus atau diubah. Jangan berlindung dibalik terinspirasi kalau nyatanya cuman diubah dikit. Kalo teguran ini tak menyadarkan kalian, jangan sampe readers bar-bar Lavender yang membuat kalian sadar.

Happy reading ❤️

"Ini beneran gue hidup cuman nyaksiin keuwuan?"
-Depan

Spam vote dan komentar di setiap paragraf ❤️

Udah follow akun belum?
Instagram : @starsshine1603 (banyak spoiler)
Tiktok : @Dragonlions36 (handle admin)

Baca author note! Thank u❤️

Absen pake nama panggilan kalian⚠️

Spam emoticon 🔥 ini dong hehew!

Voting karakter terfavorit!

Bucin Calista 🐯

Bucin Al🖤

Bucin Andrew 🐯

Bucin Drystan 🤙

Bucin siapa? Sok tambahin sendiri.

Bucin siapa? Sok tambahin sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

****

"Senyuman lo lebih candu dari nikotin, Calzey," lanjut Al lirih yang hanya bisa didengar Calista.

Calista membeku sesaat saat nada bariton itu menerpa telinganya. Ia merinding bukan main. Bibir Al tersenyum smirk sambil tangannya menyugar rambut ke belakang, netranya melirik ke arah keturunan Calzeylions lain.

Andrew siap siaga memegang pisau dan mengusapnya sambil matanya menatap Al penuh intimidasi, Kenan dan Defan memegang pistol sama-sama menatap tajam Al, sementara Drystan hanya tersenyum tipis. Tapi dibalik senyuman tipis itu, Drystan memegang pulpen yang tintanya berisi racun, sekali ditancapkan ke kulit maka racun itu akan menyebar ke segala aliran darah tubuh dan menyebabkan orang mati.

Al berdecak kesal. Mengerikan sekali, hanya menggombal sedikit sudah ditodong senjata-senjata mematikan. "Pawangnya siap siaga semua."

"Gaya-gayaan lo mau nyongkel mata orang," cibir Defan. "Keburu gue tembak lo!" ancamnya sok garang.

Al menulikan pendengarannya malah menatap intens Calista. Dalam hati ia terkagum dengan segala hal yang ada pada diri gadis di sampingnya.

"Kenapa ada orang sesempurna lo?" gumam Al berpikir sambil menelisik setiap inci wajah Calista.

LAVENDER Where stories live. Discover now