11. Sebelas

386K 56.9K 14.2K
                                    

Happy reading ❤️
Half devil, half goddess!
~Calista🔥~
⚠️Ada adegan agak ngilu menurutku⚠️
Thank u❤️

*****

Calista menatap bangunan klasik bernuansa dark yang dijadikan tempat pertemuannya untuk membahas hal penting. Pohon Pinus mengelilingi bangunan ini menambah kesan seram. Hiasan tengkorak yang ada di atas pintu serta lambang naga melilit pedang terlihat gagah. Sama dengan orang-orang yang ada di sana, gagah.

Begitu masuk, hampir semua orang membulatkan matanya tak percaya, kaget tentu saja. Calista tersenyum miring kepada cowok-cowok gagah ini. Tatapannya berhenti pada lelaki berambut hitam legam, ukiran wajah yang hampir sempurna. Headband juga terpasang di kepalanya.

"Fuck!" maki Defan lalu mendekat ke arah si cantik tapi sadis yang ternyata sepupunya. Sudah lama tidak berjumpa, membuat rindunya menggelora. "You're cute."

Defan merentangkan kedua tangannya mengode Calista untuk memeluknya. Keluarga dari Mark memang mengajarkan anak-anaknya untuk saling menyayangi walaupun hanya sepupu. Kedekatan mereka malah seperti saudara kandung.

"Nanti remuk tulang lo," kekeh Calista direspon decakan oleh Defan.

Calista langsung masuk dalam pelukan Defan sebentar. Lalu melambaikan tangan kepada mereka semua sebagai sapaan.

"Andrew mana?" tanya Calista mencari sang raja dari perkumpulan ini.

Defan melirik satu ruangan dengan pintu terkunci, ada graffity Andrew dengan lambang tengkorak di sana. Baru saja ingin ke sana, pintu sudah terbuka menampilkan lelaki yang lebih tampan dari Defan. Lelaki bernama Andrew ini punya aura yang lebih menyeramkan. Badannya memakai jaket jeans dengan lambang naga melilit pedang juga menambah kesan garang.

"Wow Calista!" ucap Andrew takjub dengan suara bariton membuat semuanya merinding. Suara ini begitu candu bagi telinga yang mendengarnya.

"Kesopanan lo ilang ke mana?" sindir Andrew ditanggapi kekehan geli oleh Calista.

Andrew lalu mengambil belati yang ia sembunyikan di antara celana dan sabuknya lalu melemparkannya ke arah Calista dengan santai. Jika Calista tak gesit menangkap, mungkin belati itu akan mengenai hidungnya, atau bahkan bisa sampai mencuil daging di hidungnya.

"Wow, bro." Calista membalas dengan nada sama takjubnya. Sembari jari-jari lentiknya mengelus belati tajam itu. "Lemparan lo meleset."

Kejadian itu disaksikan oleh cowok-cowok yang ada di sana. Semuanya tersenyum melihat itu, seperti sudah biasa.

"Milih maju meluk atau ... " Andrew menggantungkan ucapannya. Menatap Calista begitu tajam. "Gue yang meluk?"

"Remuk badan gue kalo lo yang meluk," balas Calista lalu tersenyum tipis. Tak ada pergerakan dari dirinya membuat Andrew sedikit emosi.

Andrew berdecak. "Hug me!" titahnya tak terbantahkan.

Calista menyengir lalu berlari memeluknya erat. Harum tubuh Andrew sangat candu bagi hidungnya. Apalagi badannya yang tegap serta kekar, enak dijadikan sandaran.

Andrew masih dengan ekspresi datarnya lalu mengecup dahi Calista pelan. "Lupa kalo masih punya Kakak?" sindirnya membuat Calista lalu melepaskan pelukannya.

"Lupa Andrew," jawab Calista membuat satu alis Andrew terangkat menantang. Menurut Andrew, Calista tidak sopan kepadanya.

"Hm." Andrew berjalan meninggalkan Calista lalu duduk di samping Defan. Menyalakan rokoknya lalu menatap Calista berang.

LAVENDER Where stories live. Discover now