1. Poin Minus

111K 8.3K 242
                                    

Happy Reading!

"Baris yang rapi!"

Perintah dari Bu Ani, selaku guru BK di SMA Budi Bangsa itu langsung membuat barisan murid yang terdiri dari lima siswa itu berjejer rapi seraya menunduk takut. Namun, ada satu gadis yang berdiri dengan santainya di antara murid yang lain.

Bu Ani pun menatap wajah satu persatu murid di hadapannya, hingga pandangannya terhenti pada gadis itu. Wajah yang sangat dikenalinya itu berhasil membuatnya mengembuskan napas panjang, mendadak kepalanya langsung migran hanya dengan melihat wajahnya.

"Alissa! Kamu lagi, kamu lagi. Enggak bosan kamu dihukum terus?" tanya Bu Ani seraya menggeleng-gelengkan kepalanya kecil.

"Kalau saya enggaj bikin masalah, nanti ibu enggaj ada kerjaan dong," jawab Alissa santai. Ia hanya menampilkan cengiran kecilnya.

Bu Ani yang mendengarnya pun mendadak frustrasi dan lagi-lagi hanya bisa menghela napas panjang, ia pun berlalu meninggalkan barisan siswa itu dan menuju kumpulan siswa yang baru saja datang.

Wanita paruh baya itu terlihat berbicara sesaat dengan tiga orang siswa yang wajahnya sudah terkenal seantero SMA Budi Bangsa itu. Para inti anggota OSIS SMA Budi Bangsa.

Tak lama setelah berbincang, tiga orang itu yang tak lain adalah si ketua OSIS berwajah datar, si wakil ketua OSIS yang narsis abis, dan si sekretaris yang merupakan anak kepala sekolah itu berjalan mendekati barisan murid bermasalah tadi.

Wajah mereka yang datar, kecuali wakil ketua OSIS itu seakan tengah berbicara dan merencanakan untuk memakan mereka hidup-hidup.

"Berdiri tegap!" perintah Alanzio Saffron, sang ketua OSIS SMA Budi Bangsa.

Matanya menatap tajam dan dingin pada satu persatu siswa yang tengah berbaris dengan tubuh tegap, bahkan untuk bernapas saja mereka berhati-hati. Kecuali Alissa, gadis itu hanya berdiri asal-asalan seraya bertolak pinggang dan mengipasi wajah yang dipenuhi bulir keringat.

Alanzio pun berjalan mendekat ke arah Alissa. "Alissa Zoe Catherine," ucap Alanzio seraya membaca papan nama di rompi Alissa.

Kening pria itu terlihat mengernyit, membuat kedua alisnya saling bertautan.

"Lu lagi, lu lagi," gumam Alanzio dengan wajah tanpa ekspresi. "GEVIAN! SINI LU."

Pria bernama Gevian itu pun menghampiri ketuanya dengan membawa satu buku panjang, seperti buku yang biasa dipakai ibu-ibu arisan. Bekerja bersama Alanzio membuat pria itu mengerti tanpa diperintah lebih jauh.

"Catat!" pinta Alanzio, ia lalu beralih ke siswi yang ada di sebelah Alissa.

Gevian pun mencatat nama Alissa, kemudian membalikkan buku yang dipegangnya itu ke hadapan gadis itu. "Liat. Nama lu udah banyak banget."

"Ya, terus? Suka-suka gue dong. Nih ya, kalau gue nggak buat masalah lu pada enggak bakal punya kerjaan," jawab Alissa santai. Tangannya memainkan rambutnya seraya memutar bola mata malas.

"Ingat, poin lu sisa dikit." Usai mengucapakan hal itu, Gevian pun beralih mencatat nama empat siswa lainnya.

Alissa menghitung-hitung poinnya yang tersisa sekarang, ia pun menatap Gevian yang baru saja hendak pergi menghampiri Alanzio.

"WOI! MINUS GUE BERAPA?" teriak Alissa tak tahu malu.

"LIMA!" balas Gevian dengan suara yang tak kalah keras, membuahkan sebuah ketukan di kepalanya dari ketuanya.

Bagaimana tidak, Gevian berteriak tepat di sebelah Alanzio dengan suara yang mirip toa masjid itu. Bisa bayangkan sendiri bukan bagaimana tersiksanya jadi Alanzio?

Marry Me! Where stories live. Discover now