8. Alanzio Datang

66.9K 5.8K 35
                                    

Happy Reading!

"Kalian enggak apa-apa kan?"

Alissa yang baru saja datang langsung menjadi pusat perhatian seluruh anak SMA Budi Bangsa yang ada di sana. Shasa, Sia dan beberapa siswa perempuan lainnya terlihat mondar mandir membawa minuman botol dan kotak P3K.

Saat ini mereka berkumpul di sebuah gedung tua yang berada tak jauh dari sekolah, tempat di mana biasanya mereka berkumpul untuk merayakan kemenangan atau mengobati luka.

"Itu kenapa lo belum diobatin?" tanya Alissa saat melihat salah satu adik kelasnya masih penuh luka. "SHASA! KOTAKNYA SINIIN."

Selang beberapa detik, Shasa datang dengan kotak P3K di tangannya, ia lalu menyodorkan kotak itu yang langsung disambut oleh Alissa.

Alissa kemudian meronggoh rok abu-abu yang ia kenakan, terlihat di bagian belakang rok itu ada sedikit robekan yang lumayan tinggi, memperlihatkan betisnya yang mulus.

Sebuah dompet berwarna hitam Alissa keluarkan dari kantungnya, ia kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dengan santai dan menyodorkannya pada Shasa.

"Beli makanan buat anak-anak, mereka pasti lapar," pinta Alissa.

"Ini beneran? Lo enggak takut bangkrut gitu, traktir anak sebanyak ini?" Mata Shasa menatap membulat pada uang yang diberikan oleh Alissa.

Ia kemudian beralih menatap para siswa yang baru saja selesai ikut tawuran, dan jumlahnya tidak main-main. Hampir menyentuh angka dua ratus lebih.

Solidaritas anak SMA Budi Bangsa memang tak perlu diragukan lagi.

"Gue enggak bakal bangkrut kalau cuma traktir mereka, sana gih cepetan!" pinta Alissa sedikit memaksa.

Mendengarnya membuat Shasa mendengus. "Dasar, anak orang kaya."

Alissa memutar bola matanya malas mendengar ucapan Shasa, gadis itu benar-benar tak sadar diri. Padahal dirinya sendiri tak sadar kalau keluarganya juga termasuk kaya, bahkan keluarganya memiliki saham 3% di Yayasan Budi Bangsa.

Sepeninggalan sahabatnya, Alissa pun berjongkok di hadapan adik kelasnya tadi. Ia membuka kotak berwarna putih itu dan mengeluarkan kapas juga alkohol di dalamnya.

Tangannya terlihat cekatan membersihkan luka di wajah adik kelasnya itu, sejenak Alissa melirik nama yang tertera pada papan namanya. Adelio Aswindra.

"Oke, selesai."

Alissa menatap puas pada wajah Lio yang sudah lebih membaik, ia pun berdiri tanpa menyadari roknya yang robek semakin tinggi.

Hingga, Daffin datang dan mengikatkan jaket pada rok Alissa, pria dengan kemeja putih tak dikancing itu menyodorkan celana olahraga pada Alissa.

"Ganti rok lo sama ini," pinta Daffin.

Menyadari kalau roknya robek membuat wajah Alissa memerah, dia pun mengambil celana itu. "Thanks."

"Eh, boleh pinjem HP lo enggak? Gue mau ngaca soalnya," ucap Alissa pada Daffin.

Tanpa mengeluarkan penolakan, Daffin langsung menyodorkan ponselnya yang disambut antusias oleh Alissa. Gadis itu menyalakan aplikasi kamera dan melihat pantulan dirinya di layar itu.

Hingga, pandangannya tertuju pada bagian lehernya, Alissa merasa seperti ada yang hilang di sana.

"KALUNG GUE!" pekik Alissa tersadar, ia meraba lehernya yang tak bertahtakan kalung berliontin hati itu lagi.

Kalung yang menjadi kesayangannya dan tak pernah dia lepas selama beberapa tahun terakhir ini.

"Kenapa, Lis?" tanya Daffin bingung.

Marry Me! Where stories live. Discover now