30. Aiden dan Papanya

34.4K 3.2K 130
                                    

Happy Reading!

Tok, tok, tok.

Suara ketukan pintu itu berhasil membuat dua wanita cantik berbeda usia yang tengah memasak saat ini menghentikan kegiatannya.

"Bukain sana, Lis. Tangan mami bau amis nih," pinta Lestari dengan tangan yang tengah memotong ikan mentah di atas talenan.

Alissa pun menganggukkan kepalanya seraya menyimpan pisau yang dipegangnya di atas baskom, ia lalu berjalan keluar dengan sedikit cepat dan membuka pintu rumahnya.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Alissa. Tubuhnya mematung seketika kala melihat siapa yang bertamu di sore hari seperti ini.

Namun, dengan cepat ia menormalkan kembali ekspresinya seraya menarik kedua sudut bibirnya ke atas. "Eh Om Varo sama Aiden? Masuk, Om," ajak Alissa dengan ceria, ia berusaha menutupi rasa traumanya saat melihat wajah Aiden.

Bayang-bayang di mana Aiden yang kasar dengannya di gudang itu masih terekam jelas di dalam ingatannya. Namun, ia sama sekali tak ingin menunjukkan rasa takutnya di depan lawannya, ia tak ingin kalah dari traumanya itu.

"Siapa, Lis?" tanya Lestari yang baru saja menyusul putrinya. "Eh, Elvaro sama Nak Aiden? Ada perlu sama Mas Malik, ya?"

Kepala Elvaro menggeleng pelan, wajah pria tua itu tampak lelah dengan kerutan di wajahnya. "Ada yang mau saya bicarakan sama kalian, Tar. Bisa panggilkan Malik?"

Kening Lestari mengerut, tetapi ia tetap menganggukkan kepalanya. "Yaudah yuk masuk dulu, gak enak kalau ngomong di luar." Lestari menggiring Aiden dan papanya untuk masuk ke ruang tamu.

"Lis. Panggilin papa kamu di belakang, ya," pinta Lestari seraya melirik sekilas ke arah Alissa yang masih mematung di tempatnya.

Lamunan Alissa pun terbuyarkan, dengan cepat ia berjalan masuk ke dalam seraya menghembuskan napas lega. Batinnya belum sepenuhnya siap bertemu dengan Aiden kembali setelah kejadian itu.

Alissa melangkah masuk ke beranda belakang rumahnya, terlihat suaminya dan papinya tengah minum teh bersama di sana, ia juga mendengar obrolan mereka yang tengah membahas tentang bisnis.

Hal itu membuat Alissa berdecak kagum pada Alanzio, bisa-bisanya pria itu mengerti pasal pembicaraan papinya saat ini. Dia saja yang anaknya sama sekali tak mengerti kalau sudah membicarakan tentang bisnis.

"Pi," panggil Alissa yang sontak memotong pembicaraan keduanya.

Malik yang merasa dipanggil pun menolehkan kepalanya ke samping, menatap putri semata wayangnya. "Ada apa, Lis?"

"Di depan ada Om Elvaro... sama Aiden," ucap Alissa disertai cicitan saat menyebut nama Aiden, matanya menatap takut pada Alanzio yang duduk di sebelah papinya.

Ia takut kalau Alanzio akan berbuat nekat saat ini, secara saat menolongnya kemarin ia tak sempat memberikan pembelajaran bagi Aiden. Buktinya dengan menyebut nama pria itu saja berhasil membuat rahangnya mengetat sempurna.

"Yaudah, papi tinggal ke depan dulu, ya," ucap Malik seraya beranjak dari duduknya.

Sepeninggalan Malik, kini hanya tersisa Alanzio dan Alissa berdua yang tak kunjung bergeming dari tempatnya masing-masing. Mata Alanzio menatap dingin ke arah Alissa.

"Kenapa dia datang ke sini?" tanya Alanzio dengan nada suara yang cukup dingin.

Alissa mengendikkan bahunya. "Aku gak tahu, Zi. Mungkin Om El ada urusan sama papi," tebak Alissa.

Apalagi mengingat papinya dan Elvaro adalah rekan bisnis, tak menutup kemungkinan bagi mereka untuk bertemu di rumah masing-masing seperti ini.

"Tapi kenapa bajingan itu juga ikut?!" ucap Alanzio dengan tangan mengepal sempurna.

Marry Me! Where stories live. Discover now