37. Meledak

38.6K 3.4K 161
                                    

Happy Reading!

"Kenapa diam? Tadi katanya lo mau jelasin semuanya, sekarang kenapa malah diam?"

Alissa menyorot tajam ke arah Alanzio yang duduk di kursi belajar miliknya, sementara ia saat ini duduk di pinggiran ranjangnya. Terhitung sudah lima menit sejak Alissa mengizinkan pria itu untuk masuk ke dalam kamarnya dengan dalih ingin menjelaskan.

Namun, sudah lima menit pula Alanzio tak juga mengangkat suara untuk menjelaskan. Pria itu hanya terduduk kaku seraya menatap Alissa sendu dengan wajah menyesal.

"Jawab, Zio! Kenapa malah diam? Atau emang dari awal lo enggak tau mau jelasin apa? Lo belum tau kesalahan lo apa dan apa yang perlu Lo jelasin?" ucap Alissa sarkas seraya tersenyum getir.

Alanzio masih saja setia diam, membuat Alissa bertambah kesal dengan kebungkaman pria itu.

"Setelah lo jadi cowok brengsek, sekarang lo berubah jadi bisu?" Salah satu alis gadis itu tampak naik. "Atau... lo ke sini cuma karena takut gue ngadu ke papi dan mami?"

"Lo takut kalau lo dicap gak bertanggung jawab dan brengsek sama mereka?" cerca Alissa. "Tapi, emang kenyataannya gitu sih."

Geram dengan sikap Alanzio membuat ia beranjak dari duduknya dengan wajah kesal, di matanya terlihat amarah yang sangat jelas tengah berkobar.

"Kalau emang lo gak mau ngomong apa-apa, mending keluar deh dari kamar gue!" usir Alissa secar kasar.

Dia berjalan mendekati Alanzio dan menarik kasar pria itu untuk berdiri dari duduknya, tetapi tenaganya tak cukup kuat untuk membuat pria itu bergeming dari tempatnya. Apalagi mengingat tenaganya sudah ia habiskan untuk menangis dari tadi.

Bukannya berhasil membuat Alanzio berdiri, malah dia sendiri yang terjatuh di atas pangkuan pria itu. Hal itu sontak saja membuat netra keduanya saling bertemu.

Alanzio lalu mengangkat tubuh Alissa untuk duduk menghadapnya, tangannya terulur untuk menyisipkan anak rambut Alissa yang berantakan.

"Maaf... " gumam Alanzio pelan, ia menatap menyesal pada Alissa yang hanya terduduk kaku di atas pangkuannya.

"Maaf Alissa, aku benar-benar nyesal untuk semuanya," ucap Alanzio lagi dengan mantap. "Aku... aku benar-benar nyesal udah bentak kamu, udah bikin kamu salah paham."

Alanzio mendekatkan wajahnya ke arah Alissa, ia lalu menempelkan jidatnya dengan jidat Alissa yang mulus. Kedua mata mereka saling terpejam sembari merasakan hembusan napas satu sama lain dengan posisi seperti ini.

"Maaf," ulang Alanzio terus dengan suara parau. "Aku emang brengsek dan aku gak pantas buat kamu yang tulus, Lis."

Mendengar suara Alanzio yang parau membuat Alissa menjadi tak tega, apalagi ketika ia membuka kedua matanya, ia menjadi sangat terkejut begitu melihat air mata Alanzio mengalir begitu saja di wajahnya.

Percayalah, dia adalah tipe orang yang gampang tersentuh. Melihat film atau membaca novel dengan alur sedih saja ia menangis, apalagi kini ia melihat suaminya menangis. Tangannya pun reflek terangkat untuk mengusap jejak air mata di wajah tampan pria itu, kepalanya menggeleng kecil.

"Jangan kayak gini, Zio... Jangan bikin hati aku goyah dan jatuh lebih dalam lagi," ucap Alissa lirih.

Suaranya terdengar melembut, tak ada lagi nada jutek dan ketus yang keluar dari bibir gadis itu. Bahkan ia sendiri sudah mengganti panggilannya menjadi aku-kamu kembali.

"Aku sama sekali enggak mau jatuh lebih dalam lagi dan terlalu menikmati cinta kamu, aku takut... aku takut kalau perpisahan itu nyata dan membuat aku lebih sakit lagi di kemudian hari."

Marry Me! Where stories live. Discover now