Ekstra Part

72.1K 3.6K 202
                                    

Happy Reading!

"Zio."

Panggilan dari Alissa itu membuat kegiatan Alanzio seketika terhenti, ia menolehkan kepalanya ke arah tangga dan mendapati istrinya tengah berdiri di sana dengan gamis panjang berwarna biru laut.

Ia pun memberikan dekorasi yang hendak dipasangnya tadi pada karyawan EO yang bertugas, kemudian berlari kecil menghampiri Alissa.

"Dibilang di kamar aja, kok bandel banget sih?" tegur Alanzio gemas melihat sifat kepala batu istrinya itu.

Alissa yang ditegur hanya mendengus kesal seraya mengusap perutnya yang sudah membuncit. "Zio, aku mau seblak."

"Hah?" Kedua mata Alanzio membulat sempurna kala mendengar permintaan istrinya itu, ah lebih tepatnya mungkin Alissa lagi-lagi sedang mengidam saat ini.

Tatapannya sontak berubah tajam dan menatap datar istrinya itu. "Coba ulang." Dari suaranya saja Alissa bisa menyimpulkan kalau suaminya itu tak suka dengan permintaan yang ia layangkan.

"Mau seblak ih," rengek Alissa seraya mengerucutkan bibirnya ke depan, tak peduli dengan raut wajah frustrasi suaminya saat ini. Matanya menyorot berbinar dan memohon pada Alanzio.

Sontak Alanzio menggelengkan kepalanya. "Enggak! Kamu itu mintanya ada-ada aja ah," tolak Alanzio.

Hal itu membuat Alissa mendengus kesal mendengarnya, ia membuang pandangannya ke arah lain. Entah mengapa semenjak hamil ia mulai menjadi sensitif dan ke kanak-kanakan, membuat Alanzio sering kali menjadi frustrasi ketika tak mampu menangani sifat labil istrinya.

Melihat mata istrinya yang mulai berkaca-kaca dan bersiap untuk meluncurkan bulir-bulir bening, membuat Alanzio berdecak sebal dan mengacak-acak rambutnya.

Ia pun mengikis jarak di antara mereka dan memegang pundak Alissa. "Lis, kamu tahu 'kan seblak itu pedasnya gimana? Kamu mau anak kita juga kepedesan di dalam sini?" tanya Alanzio seraya mengusap pelan perut Alissa yang menonjol malu-malu di balik gamisnya.

"Tapi... 'kan bukan aku yang mau, ih! Anak kita yang mau, emangnya kamu mau kalau nanti anak kita lahir malah ileran?!"

Ancaman satu ini sudah menjadi ancaman mayoritas ibu hamil di Indonesia, ancaman yang berhasil membungkam mulut para suami, termasuk Alanzio.

Otak Alanzio menjadi berpikir dua kali lebih keras untuk menolak permintaan istrinya saat ini, ia bahkan beberapa kali terdengar menghela napas kasar.

"Zio? Boleh, ya?" mohon Alissa dengan kedua mata berbinar penuh harap.

Ah, jika sudah seperti ini sepertinya pertahanan Alanzio lemah seketika. Tak ada hal lain yang lebih menggemaskan dibanding wajah memohon Alissa, binar matanya yang polos dihiasi bulu mata lentik itu seolah menjadi candu bagi Alanzio.

"Oke, oke. Tapi, nanti makannya sedikit aja, ya? Pokoknya jangan dihabisin semua," putus Alanzio pada akhirnya.

Kedua sudut bibir Alissa sontak terangkat ke atas membentuk senyuman manis, ia langsung memeluk Alanzio pelan. Tak cukup erat, karena di antara mereka kini ada perut Alissa yang sudah begitu besar.

"Makasih, Ziioo!" pekik Alissa girang.

Tangan Alanzio terulur untuk mengusap puncak kepala istrinya seraya mengangguk kecil. "Sana ke kamar lagi, jangan sampai nanti malam kamu capek di acara kamu sendiri."

"Siap!"

Gad—ah bukan, sekarang Alissa sudah menjadi wanita yang sebentar lagi akan menjadi ibu. Tepat setelah dua bulan kelulusan mereka dan juga hari di mana Alanzio sadar dari komanya, ia dinyatakan positif hamil.

Marry Me! Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum