23. Keluarga Alanzio

45.2K 3.7K 65
                                    

Happy reading ♡

"Lis, ayo!"

Teriakan Alanzio barusan berhasil membuat Alissa keluar dari kamarnya dengan ragu-ragu, ia menatap pakaian yang ia kenakan dengan tak yakin.

"Zi, ini baju gue udah bagus belum sih? Takut sumpah," ucap Alissa dengan wajah panik yang malah membuatnya bertambah gemas.

Sejenak Alanzio menatap pakaian yang dikenakan oleh istrinya itu dari atas hingga bawah. "Kamu enggak ada rok atau celana kain?" tanya Alanzio saat melihat Alissa mengenakan bawahan celana jeans yang membentuk kaki jenjangnya.

Alissa meringis kecil mendengarnya. "Ada, tapi pendek semua, Zi." Ia meruntuki segala isi lemarinya yang tidak berguna disaat sekarang itu.

Pasalnya, beberapa hari yang lalu mama mertuanya mengundang mereka untuk datang ke acara syukuran tujuh bulanan sepupu Alanzio. Tak mungkin dia datang ke acara syukuran dengan segala pakaian kekurangan bahan miliknya itu.

"Tunggu," pinta Alanzio. Ia berjalan masuk ke dalam kamarnya dengan kedua sudut bibir yang tertarik ke atas.

Selang beberapa detik, ia kemudian keluar dengan membawa paper bag di tangannya. Ia lalu menyerahkan paper bag tersebut kepada istrinya.

"Pakai itu," pinta Alanzio. Dalam hati ia bersyukur karena akhirnya gamis yang ia beli tempo lalu berguna juga bagi istrinya.

Kening Alissa mengernyit bingung kala melihat isi dari tas belanjaan berbahan kertas yang diberikan suaminya itu.

"Kapan kamu beli ini?" tanya Alissa penasaran. Kepalanya mendongak ke atas untuk bisa menatap suaminya dengan jelas.

"Waktu ketemu Shasa di butik, di dalamnya juga udah satu set sama hijabnya," ucap Alanzio. "Gih sana coba, nanti mama cerewet kalau kita telat."

Kepala Alissa mengangguk, ia lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti pakaiannya dengan yang diberikan oleh Alanzio. Matanya menatap pantulan dirinya di cermin.

Perlahan tangan Alissa terulur untuk menyentuh benda datar di hadapannya itu, menatap tak percaya pada pantulannya yang begitu berbeda dari Alissa yang biasanya. Ia pun menyampirkan hijab pashmina plisket berwarna senada di atas kepalanya.

"Zio, gimana?" tanya Alissa seraya memutar pelan tubuhnya begitu keluar dari kamar.

Melihat Alissa dengan pakaian tertutup seperti ini membuat Alanzio terpana, ada perasaan aneh yang menjalar di seluruh tubuhnya. Langkahnya pun mendekat ke arah Alissa, tangannya terulur untuk membetulkan letak hijab yang berada di kepala istrinya itu.

"Ini ditutup, ya?" tanya Alanzio meminta persetujuan.

Alissa mengangguk kecil sebagai jawaban, ia menyodorkan sebuah jarum pentul yang sedari tadi ia genggam ke hadapan suaminya.

Dengan hati-hati Alanzio pun mengaitkan hijab yang digunakan oleh istrinya itu hingga rambutnya tak terlihat lagi. Kemudian ia menyampirkan kedua ujung kain itu di pundak Alissa, tetapi masih menutupi dadanya.

"Cantik," ucap Alanzio tanpa sadar.

Satu kata yang keluar dari bibir Alanzio itu berhasil membuat kedua pipi Alissa memerah bak kepiting rebus. Entah mengapa Alissa merasakan jantungnya berdebar sangat kencang, apalagi melihat wajah Alanzio dari jarak sedekat ini.

"Y-yuk," ajak Alissa seraya memalingkan wajahnya, tangannya terangkat untuk memegang dada bagian kirinya. "Sial! Ini gue kayaknya kena penyakit jantung deh, dari tadi berdebar-debar mulu."

Marry Me! Where stories live. Discover now