26. Hijab

41.3K 3.7K 60
                                    

Happy Reading ♡

"Kenapa Aiden bisa seperti ini? Kalian apakan putra saya?"

Pak Elvaro, papa Aiden menatap tajam ke arah Sagara dan Daffin yang masih setia berdiri di seberang ranjang Aiden. Mereka berdua menunggui Aiden di rumah sakit sampai ayah pria itu datang.

Setelah mendapatkan telepon dari pihak rumah sakit, Elvaro langsung buru-buru datang ke rumah sakit begitu mendengar keadaan putranya yang tak bisa dibilang baik. Wajah Aiden lebam membiru, dua tulang rusuknya patah yang untung saja tak menusuk jantungnya.

Saat ini pria itu sedang beristirahat usai menjalani operasi untuk memperbaiki tulang rusuknya yang patah.

"Harusnya bapak tanya ke anak bapak kalau dia sadar nanti, dia apakan ratu kami," jawab Sagara dengan berani, bahkan ia membalas tatapan mata Elvaro tak kalah tajamnya.

"Memangnya apa yang terjadi sampai Aiden bisa masuk rumah sakit seperti ini?" tanya Elvaro lagi, kali ini dengan tatapan mata yang sudah melunak, tak setajam tadi.

Sejenak Sagara dan Daffin saling berpandangan, kemudian Sagara kembali menatap ke arah Elvaro dengan sopan.

"Dia... " Sagara menunjuk ke arah Aiden yang masih berbaring tak sadarkan diri. "Dia dengan lancang melecehkan ratu kami di gudang peralatan olahraga, untung saja saya dan yang lainnya datang tepat waktu, kalau tidak... saya tidak tahu lagi bagaimana nasib ratu kami sekarang."

Kedua mata biru Elvaro membulat sempurna kala mendengar penuturan Sagara barusan, tak menyangka kalau putranya akan melakukan hal serendah itu di sekolahnya.

"Si-siapa yang kalian maksud ratu itu?" tanya Elvaro terbata-bata, ia masih cukup syok saat ini.

Sagara menghembuskan napas kasar untuk mengontrol amarahnya yang siap meledak. "Mungkin bapak juga mengenal dia, karena dia adalah mantan kekasih putra bapak."

Sejenak Elvaro berpikir dan mencerna ucapan Sagara barusan, hingga akhirnya satu nama terbesit di dalam pikiran pria paruh baya itu. Aiden tak memiliki mantan lagi selain wanita itu.

"Jangan bilang... Alissa?" tebak Elvaro memastikan.

Dalam hati ia berharap semoga tebakannya salah, tetapi anggukan kepala Sagara berhasil meruntuhkan harapannya itu. Tubuhnya terhuyung ke belakang saking terkejutnya, membuat Sagara dan Daffin sontak menghampirinya.

Mereka berdua membopong tubuh Elvaro untuk duduk di sofa yang ada di sudut ruangan Aiden. Ia tampak sangat shock saat ini, pandangannya menatap kosong ke depan.

"Kami hanya melindungi ratu kami, perempuan yang berperan penting dalam hidup kami, Pak. Kalau memang bapak mau keluarkan kami dari Budi Bangsa kami akan menerimanya sebagai hukuman," ucap Daffin yang memecahkan keheningan di ruangan itu.

Namun, dengan cepat Elvaro menggelengkan kepalanya kecil, ia memperbaiki letak kacamatanya yang bertengger di hidung mancungnya. Matanya menatap kecewa ke arah ranjang Aiden.

"Tidak, Nak. Kalian tidak salah, apa yang kalian lakukan sudah benar. Saya yang gagal mendidik putra saya sampai dia berani melakukan hal rendah seperti ini," ucap Elvaro lemah.

Sagara dan Daffin hanya berdiri terdiam mendengar ucapan putus asa penuh luka dari seorang ayah itu. Mereka paham seberapa kecewanya Elvaro saat ini, apalagi mengingat Aiden adalah putra satu-satunya pria itu, pewaris kerajaan bisnis Budi Bangsa.

Marry Me! Onde histórias criam vida. Descubra agora