36. Berusaha Damai

38.8K 3.2K 204
                                    

Happy Reading!

"Mau ke mana sih, Zio?"

Alanzio yang hendak beranjak pun menghentikan langkahnya, ia menoleh ke arah Sia yang memegang tangannya dengan erat, menahannya agar tak pergi dari sana.

Tatapan Alanzio pun semakin menajam, mengode Sia untuk melepaskan genggamannya pada pergelangan tangannya. Melihat tatapan dan raut wajah Alanzio yang tak bersahabat membuat nyali Sia menciut dan segera melepaskan genggamannya.

"Gue mau susul Alissa," ucap Alanzio singkat.

"Zio... Alissa tuh sehat, bisa pulang sendiri! Ngapain sih pake disusul-susul segala, manja banget," cibir Sia dengan bibir yang sengaja dimanyunkan ke depan.

Mendengar penuturan Sia membuat emosi Alanzio kembali terpancing. "Sehat lo bilang? Buta lo?! Kaki dia tadi kena pecahan beling Sia!" bentak Alanzio dengan wajah mengeras.

Bagaimana pun marahnya ia pada istrinya itu saat ini, tetap saja Alanzio merasa ada perasaan bersalah yang bercongkol begitu besar di dalam hati terdalamnya. Ia khawatir, ia takut Alissa akan kenapa-napa, tetapi ia terlalu gengsi untuk menunjukkan semua rasa itu.

Hingga akhirnya diam adalah satu-satunya cara paling tepat yang ia lakukan menurutnya.

"Zio... jangan tinggalin gue. Gue lagi demam loh, tega lo tinggalin gue di sini?" mohon Sia memelas.

"Lo cuma demam, bukan koma!"

Savage, satu kata yang tepat untuk ucapan Alanzio barusan. Ia berhasil membungkam mulut Sia dan membuat gadis itu mematung tanpa bisa menjawab lagi di tempatnya.

"Lagian rumah lo enggak sampe puluhan kilometer dari sini, cuma nyebrang langsung sampe. Pulang sana!" usir Alanzio secara kasar.

Dari wajahnya ia terlihat sangat kesal sekaligus malu, tetapi ia tak bisa melakukan apa-apa untuk membalasnya.

Alanzio pun menghempaskan tangannya, membuat genggaman Sia terlepas dengan mudah dari tangannya, diikuti ringisan kecil yang keluar dari bibir gadis itu. Namun, Alanzio sama sekali tak peduli, ia tetap melanjutkan langkahnya keluar dari kamarnya.

"Oh iya, lo juga keluar dari kamar gue. Kalau masih mau nobar, di kamar Izram aja," ucap Alanzio sebelum benar-benar keluar dari kamarnya. "Gue enggak mau orang mikir lagi macam-macam kalau liat lo di kamar gue."

Suara derap langkah kaki pria itu terdengar begitu jelas di telinga Sia, semakin lama semakin menjauh hingga tak terdengar lagi.

Sia yang ditinggal sendiri pun menggeram kesal seraya menghentakkan kakinya ke lantai dengan kesal, hingga suara decitan pintu yang dibuka membuatnya menoleh.

"Loh, Bang Zio di mana?" tanya seorang pemuda yang datang dengan membawa nampan berisi tiga gelas minuman juga sandwich.

Sia hanya mendelik tajam. "Pikir aja sendiri! Lo ke mana aja sih emangnya? Ambil minum sama camilan di bawah doang kayak beli di Korea."

Pemuda pemilik nama Izram yang tak lain adalah sepupu Alanzio itu hanya menatap cengo pada salah satu tetangganya itu. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal seraya meringis kecil.

"Emang ada apa sih?" tanya Izram bingung.

"Au ah, gue mau pulang aja. Gak mood lagi gue nonton bareng lo," ucap Sia ketus.

Ia berjalan keluar dari kamar Alanzio, melewati Izram begitu saja dengan wajah kesal. Alanzio yang meninggalkannya benar-benar berhasil membuat suasana hatinya berantakan di pagi cerah ini.

Niatnya ingin berusaha pendekatan pada Alanzio berakhir dilabrak oleh istri pria itu sekaligus sahabatnya. Rasanya ia ingin memaki-maki Alissa yang datang di waktu yang tak tepat.

Marry Me! Où les histoires vivent. Découvrez maintenant