43. Maaf

40.9K 3.5K 152
                                    

Happy Reading!

"Ngapain lo?" tanya Alissa dingin saat melihat Alanzio berjalan masuk ke dalam kamar dengan piyama lengkap.

"Tidur lah," jawab Alanzio santai tanpa beban.

Saat pria itu hendak mendudukkan bokongnya di atas ranjang, ia langsung mendapat lemparan bantal dari Alissa yang tepat sasarana. Membuatnya mengurungkan kegiatannya dan kembali berdiri di sisi ranjang.

"Jangan ngada-ngada lo! Tidur di kamar lain sana atau tidur sama Izram!" usir Alissa secara terang-terangan, matanya menatap garang pada Alanzio.

"Kan ini kamar aku juga, Lis," ucap Alanzio memelas. "Masa diusir dari kamar sendiri."

Namun, kepala Alissa tetap menggeleng dengan wajah garangnya. "Enggak ada! Tidur di kamar lain sana, rumah ini juga gede keles, kamarnya gak cuma ini doang. Lagian kenapa sih? Ngebet banget kayaknya tidur sama gue."

Alanzio yang kalah debat pun hanya bisa mengembuskan napas panjang, ia menatap memelas pada Alissa, tetapi gadis itu sama sekali tak terlihat mengasihaninya.

"Lisa. Aku mau ngomong sekalian jelasin sesuatu sama kamu, boleh?" tanya Alanzio tiba-tiba.

Hal itu pun sontak menarik minat Alissa, ia menatap penasaran pada Alanzio, tetapi dengan cepat mengubah ekspresinya menjadi garang kembali.

"Apaan?"

"Aku... aku mau minta maaf, Lis," ucap Alanzio tulus. "Aku mau minta maaf karena udah sakiti hati kamu hanya karena Sia. Aku benar-benar kalut saat itu, Lis."

Alissa terdiam sejenak, mencerna cerita Alanzio saat ini. Kedua sudut bibirnya terangkat ke atas membentuk seringai.

"Dikasih makan apa sih lo sama Sia sampai nurut gitu? Dipelet lo?" tanya Alissa sarkas.

Alanzio mendadak menjadi bungkam mendengar ucapan Alissa barusan, dalam hati ia meruntuki kebodohannya yang percaya pada Sia begitu saja.

Gadis itu benar-benar ular.

"Kenapa diam? Jelasin," ucap Alissa. "Kalau enggak ada yang mau lo jelasin, mending keluar sana, gue mau tidur."

"Sebenarnya, jabatan aku sebagai ketua OSIS hampir dicabut gara-gara berita kemarin, dan itu benar-benar buat aku kalut. Aku butuh jabatan itu untuk mendapat beasiswa nanti," tutur Alanzio. "Syarat beasiswa yang mau aku ambil harus memiliki sertifikat sebagai ketua organisasi, dan ini kesempatan terakhir aku."

Alissa pun menaikkan salah satu alisnya, menatap bingung sekaligus terkejut. "Terus? Hubungannya sama Sia apa?"

"Dia... menjanjikan jabatan itu tetap aman untuk aku, tapi dengan syarat harus menjaga dia seperti dulu saat kita kecil."

Salah satu sudut bibir Alissa terangkat naik membentuk senyum miring, ia menggelengkan kepalanya kecil.

"Ternyata emang benar ya, laki-laki tuh kelemahannya ada tiga; harta, tahta dan wanita."

----

"Turunin gue di sini."

Alanzio yang tengah fokus mengemudi sama sekali tak memperdulikan perintah Alissa, membuat gadis itu mendengus sebal.

Marry Me! Where stories live. Discover now