5. Ibadah

89K 6.5K 375
                                    

Happy Reading!

Kringg!

Bunyi alarm yang cukup besar dan memekakkan telinga membuat Alissa mau tak mau harus membuka kedua matanya, ia lalu melirik ke arah jam weker yang berada di atas nakas.

Kedua matanya sontak membulat begitu melihat jarum jam masih menunjukkan pukul lima pagi, rasanya Alissa ingin memaki orang yang menyetel alarm di jam sepagi ini. Seingatnya, ia sama sekali tak pernah memasang alarm.

Ingat bukan, jika Alissa akan selalu datang terlambat ke sekolah? Jadi buat apa ia memasang alarm, toh sama saja.

"Sialan! Siapa sih yang nyetel alarm sepagi ini?!" maki Alissa kesal.

Saat berniat untuk menutup kembali kedua matanya dan melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda. Suara ketukan pintu kamar kembali terdengar, membuat Alissa rasanya bertambah kesal dibuatnya.

Tok, tok, tok!

Awalnya Alissa hendak mengabaikan ketukan itu, karena dia tahu siapa pelakunya. Namun, nyatanya sang pelaku tak kunjung jera juga, ia terus mengetuk pintu kamarnya membuat gadis itu berdecak sebal.

Dengan sangat terpaksa dan langkah yang gontai, Alissa membuka kunci kamarnya dan menatap malas pria yang berdiri dengan segar di hadapannya itu. Siapa lagi kalau bukan Alanzio.

Setelah pernikahan mereka, esoknya Alanzio benar-benar membawa Alissa ke apartemen pria itu. Awalnya Alissa sempat beradu argumen dahulu, tetapi ia kalah dalam berdebat dengan Alanzio.

Iyalah, orang Alanzio itu ketua OSIS. Dia kan menang jadi ketua OSIS gara-gara bisa menangin debat dulu.

Di apartemen Alanzio, mereka juga tidur di kamar terpisah atas perintah orang tua Alissa. Tentu saja, karena orang tua Alissa tak ingin putri mereka untuk hamil dulu di usia dini, apalagi mengingat risiko kehamilan dini yang bisa mengorbankan nyawa putri mereka.

"Ngapain lu di depan kamar gue pagi-pagi?" tanya Alissa malas. "Lou juga kan yang masang alarm di jam weker gue sepagi ini?"

"Hm. Sana mandi, kita salat," ajak Alanzio dengan wajah datar tanpa ekspresi, mirip sekali dengan tripleks.

Alissa tercengang di tempat mendengar penuturan pria itu, seumur hidup dia sama sekali tak pernah mandi sepagi ini. Kecuali saat acara penikahannya kemarin. Itu pun karena maminya sudah mengambil ancang-ancang akan mengguyurnya dengan kembang tujuh rupa di atas kasur kalau tak segera bangun.

"Lima menit lagi deh, sumpah gue masih ngantuk anjir. Lu yang bener aja kalau merintah," ucap Alissa memelas setengah hati.

"Nggak ada! Mandi sana, cepat. Sepuluh menit lu belum keluar dari kamar, gue unboxing lu!" ancam Alanzio dengan tatapan tajam khasnya.

"Sipilih minit li bilim kiliir diri kimir, gii inbixing li," ucap Alissa dengan wajah julidnya.

Dengan berat hati Alissa masuk ke dalam kamarnya, tak lupa dia membanting pintu kamarnya hingga menimbulkan suara dentuman yang cukup besar.

Bodoh amat!

Namun, gadis itu sama sekali tak melanjutkan tidurnya. Dia bergegas masuk ke dalam kamar mandi dengan membawa selembar handuk yang tergantung. Ia menuruti perintah Alanzio.

----

Setelah menyelesaikan salat subuh berjamaah, dengan Alanzio sebagai imam, Alissa sama sekali tak dibiarkan untuk melanjutkan tidurnya.

Mereka saat ini langsung bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Dengan seragam yang melekat di tubuh Alissa, gadis itu tampak cekatan mengolesi roti dengan selai yang ada di meja makan.

Marry Me! Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt